Bahkan ada juga orangtua yang seratus persen betul-betul melarang anaknya menonton TV, karena khawatir terpengaruh acara TV yang negatif, kecanduan menonton, dan malas belajar.Â
Namun orangtua lupa, saat anak beranjak remaja, dia akan pindah menonton TV ke mana-mana, mungkin ke rumah teman-temannya, yang tentunya lebih sulit dikontrol oleh orangtua.Â
Demikian juga yang terjadi saat ini, dunia berada dalam kepungan pandemi covid-19, memaksa pembelajaran melalui daring, segalanya serba online.Â
Namun sayangnya, ternyata anak-anak bukan hanya belajar online, tapi berselancar ke mana-mana, termasuk berlama-lama main game.Â
Akibatnya banyak orangtua yang panik dengan keberadaan game, sebab telah menyita sekian banyak waktu anak untuk bermain dibanding belajarnya, hingga muncul wacana pemblokiran situs game kepada pemerintah.
Sebetulnya orangtua tidak bisa serta merta menyalahkan game sebagai penyebab anak kecanduan hingga ogah belajar, perlu penelusuran mendalam mengapa hal itu bisa terjadi.
Orangtua harus berani melawan keegoisan dengan mencoba untuk mengingat pada proses awal merawat dan membesarkan anak-anak.Â
Saat orangtua sibuk bekerja, atau sibuk mengerjakan sesuatu, merasa tak bisa diganggu gugat, hingga ketika anak-anak tiba-tiba merengek meminta perhatian dianggap sebagai gulma pengganggu.
Kemudian orangtua mengambil tindakan paling efektif agar tidak terganggu, yakni dengan memberikan handphone, tablet, atau gawai lainnya.Â
Dan memang terbukti efektif, anak tidak mengganggu lagi karena terhibur dengan game yang disuguhkan orangtua melalui handphone-nya.Â