Keinginan orangtua saat itu hanya satu, anak tenang, tidak rewel dan tidak mengganggu. Sampai berapa lama hal itu berlanjut? Sampai anak menginjak usia prasekolah, sekolah dan seterusnya.Â
Nah, kini Anda paham siapa sebetulnya yang pada awalnya telah memperkenalkan game pada anak? Dan hal itu terus berlanjut hingga anak memiliki gawai sendiri, lama kelamaan game mengambil alih peranan sebagai orangtua.Â
Posisi itu terus menerus diambil alih oleh game, hingga kebutuhan anak terhadap gawai meningkat.Â
Pada saat usia balita diperkenalkan game sederhana, seiring pertambahan usia, game itu akan terus meningkat perubahannya.
Jadi wajarlah jika selain pembelajaran online, anak sibuk juga dengan game online, sebab game dianggap sosok pengganti orangtuanya saat rewel sewaktu kecil dulu.
Dan sekarang saat dia sudah sedemikian akrab dengan orangtua pengganti bernama game, barulah orangtua asli merasa terabaikan, bahkan nasehat pada anak untuk belajar pun tak mempan lagi. Siapa yang harus disalahkan?
Cara bijak agar anak tak kecanduan game
Berbeda dengan orangtua yang menjadikan game sebagai hiburan sesaat bagi anak, mereka akan memberi pemahaman cukup pada anak tentang sebuah tanggung jawab, maka kegilaan pada game tak akan terjadi. Lalu bagaimana caranya?
Jangan biarkan anak tenggelam dalam game
Sebagai pria pekerja atau pun wanita karir, pastinya tidak ingin pekerjaan terganggu dengan kerewelan anak Anda, sehingga dengan terpaksa mulai memperkenalkan game pada anak.Â
Saat anak sedang bermain game, jangan biarkan dia betul-betul tenggelam, setiap jeda waktu dua menit panggil namanya.Â