Hal itu untuk mengingatkan pada anak, bahwa Anda masih sebagai orangtuanya, sehingga tidak tergantikan oleh game.
Nasehati dengan tulus
Ketika anak sudah mulai beranjak remaja dan bisa diajak berdiskusi, nasehati dengan lembut bahwa game hanya sebagai hiburan, bukan sebagai tujuan utama dalam hidupnya, ada tanggung jawab lain yang menjadi keharusan meraih cita-citanya juga. Lakukan secara terus menerus, namun dengan ketulusan, sehingga anak tak merasa dikhotbahi
Anak-anak yang mulai beranjak remaja biasanya paling antipati dikhotbahi, sebab dia sedang sibuk mencari jati diri.Â
Mungkin di satu sisi Anda melihatnya masih sebagai anak-anak, namun disisi lain dia merasa sudah dewasa. Usia rawan seperti ini butuh penghargaan karena harga dirinya mulai terbentuk.Â
Pemberian nasehat tanpa umpan balik hanya akan menggagalkan usaha Anda untuk merubahnya, karena di dalam jiwa si anak menilai orangtuanya sok tahu, akibatnya dia akan mengabaikan atau bahkan tak mempedulikan Anda.
Hindari melarang dengan kekerasan
Ketika melarang anak bermain game, jangan sampai melakukannya dengan cara kasar, membentak, atau memaksanya dengan keras. Sebab hal itu justru akan membingungkannya. Bahkan bagi anak yang masih berusia balita, hal itu sangat mengejutkan.Â
Berbicara tentang pembullian, sebetulnya orangtualah yang berpotensi palng besar membulli dengan cara merampas hak anak melalui pemaksaan kehendak.Â
Daripada Anda menemui reaksi balita yang menangis, merajuk, bahkan meraung-raung saat diambil gawainya saat bermain game. Maka akan lebih bijak jika Anda mengajaknya bicara baik-baik penuh kelembutan sebelum mengambilnya, sehingga dia memahami alasan Anda mengambilnya.
Ajak diskusi dari hati ke hati