Mohon tunggu...
Muhammad Fakhrul Islam
Muhammad Fakhrul Islam Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

penulis pemula yang mencoba berkarya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Reinterpretasi Hadist Shahih Bukhori No. 5093 "Wanita Pembawa Sial"

21 Juni 2023   08:58 Diperbarui: 21 Juni 2023   09:45 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Identifikasi awal mengenai hal diatas adalah apa makna kesialan dari hadist tersebut, sial adalah kemalangan yaitu sesuatu yang diinginkan tidak terjadi, atau sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.[4] Pada zaman dahulu kaum Jahiliyah meyakini keberadaan akan hal-hal atau kejadian yang dapat menimbulkan kesialan, yang dikenal dengan istilah tatayyur.

Wanita dewasa yang dikatakan sebagai pembawa sial, sifat mereka yang lemah dan beban keluarga. Menurut Khomaeni, perempuan diciptakan untuk menguji hamba-hambanya yang sabar. Allah menguji ummatnya melalui bahagia dan sengsara. Anak perempuan merupakan titipan dari Allah yang semestinya harus dijaga dan dididik dengan baik, lantas pendapat Khomaeni tersebut tidak dibenarkan sebab, pernyataan tersebut dianggap menyimpang.

Kesialan terhadap tempat, masyarakat Jawa memiliki kepercayaan bahwa apabila seseorang salah atau keliru dalam memilih tempat, bahan yang digunakan serta waktu membuatnya (tempat tinggal). Mereka meyakini bahwa hal tersebut akan mendatangkan kesialan, entah kesialan tersebut melalui musibah yang selalu menimpa keluarganya. Kuda atau hewan tunggang dikatakan sebagai pembawa sial, padahal hewan tunggang sejak  masa dahulu memiliki peranan yang sangat penting terhadap kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penulis akan melakukan pnelitian dan mengkaji pemaknaan hadist serta pemahaman yang tepat dalam memahami matan hadist tersebut dalam Jurnal artikel dengan judul “Reinterpretasi Hadis Shahih Bukhori No. 5093 “Wanita Pembawa Sial”

B. Kritik Sanad 

Kata sanad secara etimologi terambil dari bahasa arab al-mu’tamad yang memiliki arti sandaran, tempat bersandar atau tempat berpegang, dan biasa disebut dengan sanad hadist yang dapat disimpulkan sebagai sandaran hadist. Apabila sanad tersebut kuat maka kuatlah hadist tersebut, dan sebaliknya. Sedangkan dari segi termenologi dalam ilmu hadist, sanad adalah jalur matan maksudnya adalah sisilah para perawi yang menghubungkan kepada matan hadis.Dan termasuk didalamnya adalah proses penerimaan dan penyampaian hadis untuk menentukan kebenaran dan kualitas hadis.

Sedangkan kritik sanad adalah penilaian terhadap kebenaran mata rantai atau sisilah para perawi mulai dari mukharij sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Dimulai dengan meneliti kredibilitas para perawi sebagai periwayat hadist apakah memenuhi syarat sebagai perawi yang adil dan dabith, ketersambungan sanad antar perawi (muttasil sanad), dan tidak adanya syadz dan illah pada diri perawi.

Dengan menggunakan kriteria dalam menentukan keshahihan sanada di atas. Berikut ini rincian dari setiap perawi;

Abdullah bin Umar memiliki nama legkap Abdullah bin Umar bin al-Khattab al-Qurasyyi al-Adawi yang merupakasan seorang sahabat yang wafat pada tahun 74 H. Beliau memiliki banyak guru dalam hal hadis salah satunya adalah Nabi Muhammad SAW, Murid beliau diantaranya adalah Salim bin Abdillah. Beliau dinilai oleh Sahabiah Hafshoh sebgai seorang laki-laki yang Shalih, bahkan Abdullah bin Mas’ud mengenal beiau sebagai seorang pemimpin para pemuda Quraiy di Dunia.

Salim bin Abdullah memiliki nama lengkap Salim bin Abdullah bin Umar bin Al-Khattab al-Qurasyi al-Adawi. Beliau merupakan golongan tabiin pertengahan yang wafat tahun 108 H. Beliau memiliki banyak guru salah satuya adalah Abdullah bin Umar, dan memiliki banyak murid dalam bidang hadis salah satu diantaranya adalah Muhammad bin Muslim. Salim bin Abdullah dinilah oleh ulama’ hadis seperti Muhammad bin Saad dan Shalih bin Ahmad menilai beiau sebagai perawi yang Tsiqah, Wara’ serta termasuk perawi yang berada pada tingkatan ‘Ali.

Hamzah bin Abdillah memiliki nama lengkap Hamzah bin Abdillah bin Umar bin al-Khattab yang merupakan seorang tabiin pertengahan, beliau memiliki banyak guru salah satunya adalah Abdullah bin Umar serta memiliki murid dalam bidang hadis salah satunya adalah Muhammad bin Muslim. Oleh para ulama’ hadis seperti Ahmad bin Abdillah menilainya sebagai perawi yang tsiqah dan Ibnu Hibban memasukkannya ke dalam kitab al-Tsiqat.

Ibnu Shihab memiliki nama lengkap Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab. Beliau merupakan tabiin yang periwayatan hadisnya banyak diambil dari Tabiin Senior. Beliau lahir pada tahun 50 H dan wafat pada tahun 125 H. Ibnu Shihab memiliki banyak guru salah satu diantaranya adalah Hamzah bin Abdillah dan Salim bin Abdillah, dan murid salah satunya adalah Malik bi Anas. Beliau dinilai oleh beberapa ulama hadis seperti; Usman bin Said al-Darimi dan An-Nasa’I dengan tsiqah bahkan Ibnu Hibban memasukkannya ke dalam kitab al-Tsiqat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun