Keesokan harinya, tepatnya hari Sabtu Mala hadir di sekolah dengan pakaian terbaiknya. Untuk kali ini selain mengambil rapor, Mala pergi ke sekolah tidak menumpangi bus, melainkan diantar oleh tante dan omnya. Ia sudah mengatakan perihal ini kepada sang ibu, tetapi tanggapannya acuh tak acuh.
Ratusan wartawan sudah berkerumun di depan SMK Sinar Senjakala dan foto-foto Mala sudah terpampang jelas di beberapa spanduk. Senyum bahagia merekah di wajah Mala. Ayah, aku berhasil menepati janjiku. Aku harap Ayah berbahagia juga atas ini, batinnya.
"Bisa diceritakan bagaimana awal mula bisa membuat aplikasi Sinar Senjakala Berbagi ini? Apa sebelumnya sudah memilik pengalaman yang serupa?"
"Apakah aplikasi ini bisa digunakan oleh khalayak umum? Bagaimana cara kerja aplikasi Sinar Senjakala Berbagi? Bagaimana tanggapan Anda jika ada yang mengatakan bahwa ini aplikasi penipuan karena memiliki anggapan bahwa yang membuatnya adalah seorang siswi SMK?"
Masih banyak pertanyaan lainnya. Mala menjawabnya satu per satu dengan senyum yang sama sekali tak memudar. Semua pertanyaan bisa dijawab dengan lancar olehnya karena ia sepenuhnya paham dengan cara kerja aplikasi tersebut.
Sepulang sekolah, Mala menemui ibunya seperti biasa. Namun, ada yang berbeda kali ini. "Tadi Ibu lihat kamu di TV. Kamu pinter juga ternyata."
Mala sedikit terkejut atas pujian ibunya. "M-makasih, Bu. Itu semua juga nggak terjadi tanpa doa Ibu."
"Siapa juga yang pernah doain kamu?" ketusnya.
oOo
Saat Mala sudah sukses membuat aplikasi Sinar Senjakala Berbagi dan diliput di banyak media massa, sikap sang ibu perlahan berubah. Mulai terjalin hubungan yang baik antara Mala dengan sang ibu.
"Mala, Ibu mau ngomong sama kamu," kata ibunya yang mendadak serius.