"Oh, masih ada yang peduli juga rupanya sama anak sialan satu itu. Ya udah sana bawa aja, kalau perlu ga usah balik lagi. Saya nggak butuh anak kayak dia," sahut ibu Mala dengan senyum miring.
Kirana tak memedulikan jawaban ibu Mala. "Mala sayang, ayo ikut Tante sama Om."
Mala belum merespons ucapan Kirana. Ia melirik ke arah ibunya yang balik memelototinya. Bulu kuduknya meremang mengingat betapa menyeramkannya ketika sang ibu sudah naik pitam. Dengan segera ia mengalihkan pandangan kepada Kirana yang sudah siap menggandengnya sejak tadi.
Seperti biasa, sebelum meninggalkan rumah Mala pasti berpamitan dan mencium tangan sang ibu meskipun tidak pernah disambut baik. "Mala pergi ke rumah Tante Kirana dulu ya, Bu. Maaf, Mala jadi nggak bisa bantuin Ibu beres-beres rumah. Nanti sore Mala balik kok, Bu. Asalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawabnya ketus.
Kirana, Hasan, dan Mala pergi meninggalkan rumah itu lalu lekas menumpangi mobil yang sejak tadi terparkir di depan rumah. Ada sedikit perasaan yang mengganjal di hati Mala karena telah meninggalkan ibunya terlebih sepagi ini. Biasanya waktu pagi di akhir pekan Mala gunakan untuk membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Lagi-lagi ia termenung. Pandangannya kosong, tetapi pikirannya penuh.
"Mala, gimana sekolahmu?" Sebuah hal yang selalu menjadi topik perbincangan saat mereka tengah berkumpul.
"Alhamdulillah sekolahnya lancar, Om. Amel sama temen-temennya ... masih sama aja, tapi Pia selalu temenin aku, kok," jelasnya.
Pianis Bestari atau yang akrab disapa Pia merupakan teman baik Mala sejak duduk di bangku SMK. Bukan seperti kebanyakan teman Mala yang kerap kali menjauhinya karena malu memiliki teman yang cacat fisik, Pia justru kagum kepada Mala. Menurut Pia, Mala adalah sosok yang hebat sehingga ia tak pernah henti memberikan semangat dan dukungan kepadanya.
"Pia emang anak yang baik, ya. Kapan-kapan ajakin dia lagi dong buat main ke rumah Om atau kalau mau ketemuan di luar juga boleh. Om baru pernah ketemu dua kali doang, kan?"
"Iya ... hehe. Pia sibuk soalnya, Om. Pas itu main ke rumah Om juga buru-buru soalnya dia mau les piano. Dia keren loh, makin jago sekarang main pianonya kalau lagi ekskul di sekolah. Bener-bener pianis yang hebat, sesuai banget sama namanya," ujar Mala dengan senyum gembira yang mengembang di wajahnya. Membayangkan betapa hebatnya seorang Pia dan ia bangga memiliki sahabat sepertinya.