Mohon tunggu...
Fahrunnisa
Fahrunnisa Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa

hobi saya main bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Lev Vygotsky dan Jean Piaget Tentang Perkembangan Sosial dan Kognitif

18 Januari 2025   00:12 Diperbarui: 18 Januari 2025   00:12 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lev Vygotsky dan Jean Piaget adalah dua tokoh utama dalam psikologi perkembangan. Meskipun keduanya membahas perkembangan kognitif anak, pendekatan mereka berbeda, terutama dalam melihat hubungan antara sosial dan kognitif.

Teori Lev Vygotsky

Lev Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif. Menurutnya, pembelajaran terjadi melalui interaksi anak dengan orang lain yang lebih berpengalaman, seperti orang tua, guru, atau teman sebaya.

1. Konsep Utama Teori Vygotsky:

Zona Perkembangan Proksimal (ZPD):

ZPD adalah jarak antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dengan apa yang dapat mereka capai dengan bantuan orang lain. Anak belajar paling efektif ketika mereka dibimbing dalam ZPD.

*Scaffolding:

Scaffolding adalah dukungan sementara yang diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya hingga anak mampu menyelesaikan tugas secara mandiri.

*Peran Bahasa:

Bahasa adalah alat utama dalam perkembangan kognitif dan sosial. Melalui komunikasi, anak mempelajari konsep-konsep baru dan membangun pengetahuan.

*Pembelajaran Sosial:

Anak belajar melalui observasi dan interaksi sosial. Proses belajar ini melibatkan kolaborasi antara anak dan lingkungannya.

*Contoh Penerapan Teori Vygotsky:

Ketika seorang guru membantu siswa memahami konsep matematika yang sulit dengan menggunakan contoh konkret, siswa belajar lebih efektif melalui bantuan ini.

*alasannya:

Lev Vygotsky menekankan bahwa perkembangan sosial adalah dasar perkembangan kognitif karena menurutnya, pembelajaran manusia terjadi melalui interaksi sosial. Berikut adalah alasan utama yang mendasari pandangan ini:

1. Interaksi Sosial sebagai Sumber Pengetahuan

Vygotsky percaya bahwa anak tidak belajar secara mandiri, tetapi melalui kolaborasi dengan orang lain, terutama mereka yang lebih berpengalaman seperti orang dewasa, guru, atau teman sebaya. Interaksi sosial memungkinkan anak:

*Memperoleh informasi baru yang belum dimiliki.

Memahami konsep dan keterampilan dengan cara yang lebih efektif dibandingkan jika belajar sendiri.

2. Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Konsep ZPD menggambarkan bahwa anak belajar paling baik ketika mereka mendapat dukungan dari orang lain. Ada tiga zona:

Apa yang anak bisa lakukan sendiri.

Apa yang anak bisa lakukan dengan bantuan.

Apa yang anak belum bisa lakukan, bahkan dengan bantuan.

Dengan bantuan (scaffolding), anak bisa menyelesaikan tugas yang lebih sulit daripada jika mereka mencoba sendiri. Ini menunjukkan bahwa interaksi sosial mempercepat perkembangan kognitif.

3. Bahasa sebagai Alat Pikiran

Vygotsky menganggap bahasa sebagai alat utama dalam pembelajaran. Melalui interaksi sosial, anak mempelajari bahasa, yang kemudian digunakan untuk:

Mengorganisasi pikiran.

Menyelesaikan masalah.

Berkomunikasi dan memahami konsep abstrak.

Interaksi verbal dengan orang lain, seperti percakapan dengan orang dewasa, memberikan anak struktur berpikir yang membantu mereka membangun keterampilan kognitif.

4. Peran Budaya dalam Perkembangan Kognitif

Vygotsky menyatakan bahwa interaksi sosial membawa nilai-nilai, norma, dan pengetahuan dari budaya tertentu ke dalam pikiran anak.

Anak belajar melalui praktik sosial yang diajarkan dalam lingkungan budaya mereka.

Budaya memengaruhi cara anak berpikir, memahami dunia, dan memecahkan masalah.

5. Belajar sebagai Aktivitas Kolaboratif

Menurut Vygotsky, belajar adalah proses kolaboratif. Dengan bekerja sama dengan orang lain, anak dapat:

Mendapatkan perspektif baru.

Belajar strategi berpikir yang berbeda.

Meningkatkan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah.

*Teori Jean Piaget

Jean Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai proses yang bersifat individual, yang terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. Ia lebih fokus pada interaksi anak dengan lingkungannya daripada interaksi sosial.

1. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget:

Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Anak belajar melalui pengalaman langsung menggunakan panca indera dan gerakan fisik.

Tahap Praoperasional (2-7 tahun): Anak mulai menggunakan simbol (seperti kata-kata dan gambar), tetapi masih memiliki pemikiran egosentris (sulit memahami perspektif orang lain).

Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): Anak mampu berpikir logis tentang objek konkret, seperti memahami hubungan sebab-akibat.

Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas): Anak mampu berpikir abstrak dan memecahkan masalah secara hipotetis.

2. Konsep Utama Teori Piaget:

Asimilasi dan Akomodasi:

Anak membangun pemahaman baru melalui proses asimilasi (mengintegrasikan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada) dan akomodasi (mengubah skema untuk menyesuaikan dengan informasi baru).

*Peran Eksplorasi:

Anak belajar dengan cara aktif mengeksplorasi lingkungannya, tanpa terlalu tergantung pada bantuan orang lain.

*Egosentrisme:

Dalam tahap praoperasional, anak cenderung berpikir dari sudut pandangnya sendiri dan sulit memahami sudut pandang orang lain.

*alasannya:

1. Anak Sebagai Pembelajar Aktif

Piaget meyakini bahwa anak-anak bukanlah penerima pasif informasi dari orang dewasa, melainkan mereka secara aktif:

Mengeksplorasi lingkungan.

Mencoba memahami dunia melalui pengalaman langsung.

Membentuk dan memodifikasi skema (kerangka pemahaman) mereka berdasarkan apa yang mereka alami.

Misalnya, ketika seorang anak bermain dengan balok, ia belajar tentang gravitasi, keseimbangan, dan bentuk melalui eksperimen mandiri.

2. Proses Adaptasi: Asimilasi dan Akomodasi

Piaget menjelaskan bahwa anak membangun pemahamannya melalui dua proses adaptasi:

Asimilasi: Anak mengintegrasikan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.

Contoh: Anak yang mengenal anjing melihat kucing pertama kali dan menyebutnya "anjing".

Akomodasi: Anak memodifikasi skema yang ada untuk menyesuaikan dengan informasi baru.

Contoh: Anak akhirnya memahami bahwa anjing dan kucing adalah dua hewan yang berbeda.

Proses ini menunjukkan bahwa anak belajar melalui pengalaman pribadi, bukan hanya dengan menerima informasi dari orang lain.

3. Pentingnya Eksplorasi Lingkungan

Piaget percaya bahwa anak-anak belajar paling baik ketika mereka aktif berinteraksi dengan lingkungan mereka. Melalui eksplorasi dan eksperimen, anak dapat:

Memecahkan masalah.

Menemukan pola atau hubungan.

Mengembangkan pemikiran logis dan kritis.

Misalnya, ketika anak mencoba berbagai cara untuk memasukkan benda ke dalam lubang yang sesuai, ia sedang mengembangkan pemikiran logis melalui eksplorasi mandiri.

4. Tahapan Perkembangan Kognitif

Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi tahapan-tahapan, di mana setiap tahap menunjukkan cara berpikir yang berbeda:

1. Sensorimotor (0-2 tahun): Anak belajar melalui indera dan gerakan fisik.

2. Praoperasional (2-7 tahun): Anak mulai menggunakan simbol (seperti kata-kata dan gambar) tetapi berpikir secara egosentris.

3. Operasional Konkret (7-11 tahun): Anak mulai berpikir logis tentang benda konkret.

4. Operasional Formal (12 tahun ke atas): Anak mampu berpikir abstrak dan hipotetis.

Setiap tahap dicapai melalui pengalaman individu anak dan interaksinya dengan lingkungan, bukan hanya karena pengajaran dari orang dewasa.

5. Kemandirian dalam Belajar

Piaget menekankan pentingnya memberikan kebebasan kepada anak untuk belajar sendiri. Anak yang diberi kesempatan untuk bereksperimen dan membuat kesalahan akan:

Mengembangkan pemahaman yang lebih dalam.

Menjadi pemecah masalah yang mandiri.

Meningkatkan rasa ingin tahu alami mereka.

6.  Fokus pada Pemikiran Logis dan Pemecahan Masalah

Piaget percaya bahwa anak-anak tidak hanya meniru atau menerima informasi dari orang lain. Sebaliknya, mereka membangun pemahaman dengan cara:

Mencoba menyelesaikan masalah secara mandiri.

Menggunakan logika untuk mencari tahu bagaimana dunia bekerja.

Contoh: Ketika anak mencoba berbagai cara untuk membuka kotak mainan, ia sedang mengembangkan keterampilan pemecahan masalah melalui eksperimen pribadi.

Contoh Penerapan Teori Piaget:

Ketika anak diberikan balok untuk membangun struktur, mereka belajar melalui eksperimen mandiri, seperti mencoba berbagai cara untuk membuat struktur stabil.

Kesimpulan:

Vygotsky menekankan bahwa perkembangan sosial adalah dasar perkembangan kognitif, di mana interaksi dengan orang lain menjadi kunci pembelajaran.

Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai proses yang bersifat individu, di mana anak secara aktif membangun pemahamannya melalui eksplorasi dan eksperimen.

Kedua teori ini saling melengkapi dan dapat digunakan bersama untuk memahami bagaimana anak belajar secara optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun