"Ya, benar. Lalu?"
"Lalu, kenapa Dia tidak mengabulkan doa-doa saya?" Aya memalingkan wajah. Ada sesuatu yang selama ini ia coba sembunyikan. Perasaan tertekan, sedih, kecewa, marah, dan semuanya tertumpah lewat tetes-tetes air asin yang kemudian membasahi pipi tirusnya. Dan saya merasakan basahnya.
"Kamu berdoa?"
Aya mengangguk pelan, sekilas menebar senyum sambil menyusut air matanya dengan telapak dan punggung tangan. Dan saya merasakan basahnya.
"Hahaha ...!"
"Kenapa tertawa?"
"Haha ... Hahaha ... Hahahaha ...!"
"Diam! Jangan menertawakan saya seperti itu!" Aya bangkit dari tempat duduknya. Bola matanya menjuling, jari telunjuknya mengarah tepat di wajah saya.
"Saya heran, kenapa manusia sangat suka bersikap munafik."
"Siapa yang munafik?"
"Hahaha ... semuanya! Semua manusia yang hidup di kehidupan sekarang. MU-NA-FIK!"