Mohon tunggu...
GoneGone
GoneGone Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tukang Ketik

Menulis, Membaca, Berpetualang dan Bercinta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(S)AYA

1 Februari 2023   10:17 Diperbarui: 1 Februari 2023   10:31 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Benar-benar munafik! Selain gila, ternyata saya juga seorang manusia munafik!

Hahahahahaha ...

Dia benar! Saya bersikeras mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah ada, sementara diam-diam saya memanjatkan doa. Saya menuntut pertolongan Tuhan, sementara saya menolak untuk mempercayai-Nya. Apa-apa yang saya ucapkan tidak pernah sependapat dengan isi hati.

Munafik!

Hahahahahaha ...

Tunggu! Siapa sebenarnya Tuhan? Orang tua saya tidak pernah sekali pun mengenalkan saya pada Tuhan. Atau ... mereka tidak mengenal Tuhan? Atau ... jangan-jangan mereka sengaja menyembunyikan Tuhan dari saya, karena takut saya memilih berkeyakinan? Mereka takut saya mempercayai Tuhan dan meminta pertolongan-Nya? Mereka takut saya tahu bahwa bukan mereka yang menciptakan saya, tapi Tuhan.

Dulu, mereka bilang saya tercipta dari cairan kental berbau pandan yang dinamai sperma yang konon rasanya segetir pecin. Sperma itu kemudian membuahi indung telur dan terus bertumbuh di rahim ibu saya, janin itulah yang membuat hidup mereka menjadi semakin miskin.

Mereka bilang saya adalah celaka. Mereka bilang saya asal muasal neraka. Dan mereka selalu berkata saya anak paling durhaka. Saya tak pernah peduli pada caci maki atau sumpah serapah yang mereka bilang. Saya tetap menerima perlakuan kedua orang tua itu, karena saya punya harapan, suatu hari mereka mau memberikan saya kasih sayang. Tetapi lambat laun harapan itu semakin jauh dan menghilang.

Kedua orang tua itu tidak pernah menerima kehadiran saya. Mereka menganggap saya sebagai aib, bukan anugerah. Mungkin karena mereka tidak punya buku nikah, sehingga kehadiran saya di sisi mereka cuma bikin susah. Jadi, seberapa besar pun usaha saya untuk membalas budi mereka, tetaplah terlihat salah. Tiada guna. Percuma. Sia-sia saja.

Tak heran mereka menganalogikan rumah sama seperti kuburan dan penghuninya sebagai roh penasaran. Mereka tidak menyebut nama Tuhan karena mereka tidak punya keyakinan. Mereka tidak memperkenalkan Tuhan karena mereka tidak punya pengetahuan.

Sepanjang usia, hanya nama-nama binatang yang saya hapalkan. Binatang-binatang yang mereka sebutkan itu bahkan dapat menjelma pada anggota tubuh beberapa bagian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun