"Ya."
"Lalu, kenapa Tuhan tidak menolong saya?"
"Kapan?"
"Kenapa kamu menjawab pertanyaan saya dengan pertanyaan?" Ia berteriak, saya diam.
"Tuhan tidak pernah ada! Tuhan tidak pernah menolong saya. Tuhan membiarkan saya hidup dengan penuh penderitaan. Dengan sepasang orang tua yang tak punya moral. Ayah saya seorang pencuri kelas teri, sementara ibu saya seorang mucikari. Dan kamu tahu, saya dipaksa mereka untuk menjual diri. Taik!" Ia masih berteriak-teriak. Saya masih diam.
"Lalu, di mana Tuhan yang kamu maksud itu?"
Saya menghela napas dalam-dalam. Kali ini saya tidak boleh mengatakan sesuatu yang akan membuatnya terus berteriak seperti orang tidak waras.
Dasar gila! Apa ia tidak takut, jika semua penghuni rumah mendengar teriakannya, mereka pasti tahu keberadaan saya. Jika mereka sudah tahu keberadaan saya, maka mereka bisa membunuh saya. Jika mereka membunuh saya, maka ia akan semakin gila. Dan jika ia semakin gila, siapa yang mau menolongnya?
"Aya, Tuhan ada bersama orang-orang baik."
"Taik!"
"Itu benar, Aya. Tuhan sangat dekat, bila kita pun mau mendekat pada-Nya."