Umi tersenyum mendengarnya, "Anak umi baik dan shalihah. InsyaAllah."
Dari pagi aku mengurung diri dikamar. Bersembunyi dari kenyataan pahit yang harus aku telan, aku tak bisa menikah dengannya, tidak. Hiks.
***
"Sayang, keluar Nak!"
Aku masih memeluk lututku, memeluk diriku yang rapuh ini.
"Dari tadi pagi kamu belum makan." Entah sudah berapa kali umi mengetuk pintu kamarku.
"Iya umi!" Langkahku lemah menuju pintu. Tak dapat di bohongi bahwa perut ini terasa lapar. hehe
"Umi tidak akan menanyakan apapun. Supnya dimakan ya, keburu dingin nanti."
"Iya umi. Anakmu ini lapar dari tadi."
"Salah siapa di dalam terus!" Kata umi sambil bangkit berdiri.
"Umi mau kemana? Temani Fatih umi."