"Apakah ada yang tidak kamu sukai dari saya? Tolong jelaskan! Jangan kamu siksa bathin saya."
Umi menggenggam tanganku semakin erat. "Sebelumnya saya mohon maaf, kepada mas Rahman dan keluarga mas."cepat-cepat aku menghapus airmataku sebelum jatuh. "Mas Rahman adalah lelaki shalih yang saya temui. Jujur. Mas Rahman telah menarik hatiku." Aku menghela nafas, dadaku terasa semakin sesak.
"Lalu, kenapa mbak Fatih tega membatalkan untuk menikah dengan kakak saya?" Tanya Aisyah, adik perempuan mas Rahman.
"Sekali lagi saya mohon maaf mas. Saya menyesal."
"Baiklah. Saya akan terima jika kamu tak ingin menikah dengan saya. Tapi, tolong jelaskan alasan kamu membatalkan nya! Jujur. Saya kecewa, tapi saya tidak bisa memaksa."
"Maafkan saya." Aku menangis sesengukan dalam pelukan umi.
"Tolong. Biarkan Fatih tenang dulu."
"Maafkan saya. Saya merasa tak pantas bersanding dengan lelaki shalih seperti mas Rahman. Saya tidak lagi memiliki kehormatan yang utuh sebagai seorang perempuan." Ia memandangku tak percaya.
"Sebelumya, abi dan umi saya tidak mengetahui apa yang terjadi. Saya..saya adalah korban perkosaan." Tubuhku terguncang hebat. Tangan umi semakin erat memegang jemari tanganku, begitu juga tangannya semakin erat memegang bahuku.
"Innalillah."
"Saya..saya minta maaf. Saya sangat menyesal, saya akan menerima apapun keputusan mas." Aku tak ingin berharap lebih, tak ingin kecewa bila berharap pada makhluk-Nya. Aku terima keputusan Allah. Aku berharap, Allah memberi yang terbaik untukku, untuknya.