Mohon tunggu...
Rina Evi
Rina Evi Mohon Tunggu... -

"Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu DUSTAKAN?"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pangeran Surga

16 Mei 2016   19:11 Diperbarui: 16 Mei 2016   19:20 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Apakah ada yang tidak kamu sukai dari saya? Tolong jelaskan! Jangan kamu siksa bathin saya."

Umi menggenggam tanganku semakin erat. "Sebelumnya saya mohon maaf, kepada mas Rahman dan keluarga mas."cepat-cepat aku menghapus airmataku sebelum jatuh. "Mas Rahman adalah lelaki shalih yang saya temui. Jujur. Mas Rahman telah menarik hatiku." Aku menghela nafas, dadaku terasa semakin sesak.

"Lalu, kenapa mbak Fatih tega membatalkan untuk menikah dengan kakak saya?" Tanya Aisyah, adik perempuan mas Rahman.

"Sekali lagi saya mohon maaf mas. Saya menyesal."

"Baiklah. Saya akan terima jika kamu tak ingin menikah dengan saya. Tapi, tolong jelaskan alasan kamu membatalkan nya! Jujur. Saya kecewa, tapi saya tidak bisa memaksa."

"Maafkan saya." Aku menangis sesengukan dalam pelukan umi.

"Tolong. Biarkan Fatih tenang dulu."

"Maafkan saya. Saya merasa tak pantas bersanding dengan lelaki shalih seperti mas Rahman. Saya tidak lagi memiliki kehormatan yang utuh sebagai seorang perempuan." Ia memandangku tak percaya.

"Sebelumya, abi dan umi saya tidak mengetahui apa yang terjadi. Saya..saya adalah korban perkosaan." Tubuhku terguncang hebat. Tangan umi semakin erat memegang jemari tanganku, begitu juga tangannya semakin erat memegang bahuku.

"Innalillah."

"Saya..saya minta maaf. Saya sangat menyesal, saya akan menerima apapun keputusan mas." Aku tak ingin berharap lebih, tak ingin kecewa bila berharap pada makhluk-Nya. Aku terima keputusan Allah. Aku berharap, Allah memberi yang terbaik untukku, untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun