"Iya. Umi di suruh nonton Fatih makan?" Segera aku menyuapisup ke mulut umi.
"Umi juga  lapar ya? Hihihi." Umi memukul perutku, aku pura-pura mengaduh.
Umi tak menjawab, mulutnya penuh oleh makanan yang aku suapin.
"Hihihi umi." Aku tertawa melihat umi yang pasang muka cemberut, seperti anak kecil yang ngambek tidak di belikan permen. "Umi. Fatih ingin bicara. Maafkan Fatih umi."
"Maaf untuk apa sayang?"
"Fatih membatalkan pernikahan ini, abi dan umi pasti kecewa. Maaf umi." Airmataku kembali mengalir."Tapi umi. Fatih punya alasan kenapa Fatih membatalkannya." Aku memberanikan diri untuk terbuka, aku merasa sudah saatnya umi harus tahu.
"Umi. Anakmu..anaknmu ini bukan lagi memiliki kehormatan yang utuh." Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan.
"Maksudnya?" Kening umi berkerut.
"Umi masih ingat ketika Fatihdemam selam 2 pekan,2 tahun yang lalu."
"Iya."
"Fatih. Fatih kotor umi.hiks." aku bersandar pada almari di samping kasurku.