Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Latta dan Uzza

19 Juni 2020   15:10 Diperbarui: 19 Juni 2020   15:16 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dan juga di sini." Dia menunjuk kepalanya.

Aku terdiam.

"Boleh aku tahu, ritual apa yang kau lakukan tiap malam jum'at? Kenapa kau selalu menghilang di hari dan bulan yang baik?"

"Ketika manusia mendekatkan dirinya pada syetan di satu malam, aku memilih mendekatkan diriku pada sang Khalik di semua malam. Itulah kebiasaanku sejak muda."

Dia lalu berdiri, memandang ke atas, berputar seperti gasing sambil bicara.

"Di hari yang mulia, aku selalu mengetuk rumah-Nya, mendatangi IA dari satu menara ke menara yang lain, Begitu juga saat ramadhan tiba. Aku mengembara dari masjid ke masjid. Membantu sesuai kemampuanku. Aku juga mengunjungi pekerjaku, membayar zakat pada mereka yang tak mampu. Mengirm qurban di tanah penderitaan, memberikan sesuai kadar tertentu. Heh... bukankah aku pernah berkata, aku akan mengembalikan semua pinjaman dari Tuhan yang dititipkan padamu lewat motor pemberian itu?"

Dia terus berputar dan berkhotbah, berputar dan berkhotbah. Kata-katanya makin lama makin tajam.

"Jangan pernah menilai manusia menurut prasangkamu, kawan. Jangan pernah mengukur keburukan orang lain dengan kebaikan dirimu. Jangan pernah menilai siapa yang pasti mendapat siksa di alam kubur sebelum engkau ke sana. Jangan... Jangan..."

Jangaaaan....

Jiwaku yang lelah merasa tercabik mendengarnya. Air mataku bercucuran. Persendianku melemah. Semua ucapan yang keluar dari mulutnya membuat hatiku remuk.

Aku merasa malu karena hanya mengenal Tuhan sebatas lisan. Aku merasa bersalah karena hanya menilai keburukan seseorang yang tampak di permukaan tanpa menyelami dasarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun