Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peci Hitam

26 Januari 2021   10:54 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:00 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia pun diizinkan dengan dikawal dua orang petugas kepolisian, dan pengacaranya.

Mamat kemudian melepas peci hitam yang dikenakannya, dan menyerahkan pada Neneng yang tertegun, dan tidak lagi bisa berkata apa-apa. Jauh di lubuk hatinya, ia masih ingat peci hitam tersebut.

"Ini hanya bukti kenangan yang masih saya simpan, dan saya kembalikan peci ini pada ibu Ketua Majelis Hakim," kata Mamat singkat yang diikuti wajah keheranan dari semua yang hadir di sidang pengadilan tersebut. Kecuali Neneng.

Demikianlah cerita ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun