Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peci Hitam

26 Januari 2021   10:54 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:00 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa namanya?" tanya Mamat.

"Joni Picek!"

***

Tiga hari usai pesta itu, Mamat sendiri membuntuti Joni Picek ke manapun ia pergi. Ia selalu dikawal oleh tiga anak buahnya.

Di suatu malam, dan di tempat dugem yang temaram, hanya cahaya laser yang menyorot ke semua sudut ruang,  Mamat datangi Joni yang tengah gedek-gedek kepalanya di dekat dua wanita malam di kanan kirinya. Di sekitarnya tiga anak buah Joni yang siaga, seperti di film-film buatan Bollywood.

Mamat membisikkan sesuatu pada salah satu anak buahnya Joni agar ia bisa mendekat, yang seketika itu juga disetujui. Bukan apa-apa seketika disetujui, sebab anak buah Joni ini juga adalah anak buah Mamat didikan si Gundul dulu.

Mamat kemudian santun mengucapkan salam padanya. Joni diam tidak membalas. Ia perhatikan lekat wajah Mamat yang ia merasa mengenalinya.

"Aku seperti mengenal Anda. Kalau betul itu,  Anda pasti Mamat yang suka pakai songkok hitam saat kecil dulu."

"Dan, kau Joni yang pernah aku pukul hingga kabur terbirit-birit."

Joni terbahak mendengarnya. Mereka tampak akrab kemudian. Joni mengira Mamat ingin bergabung dengan organisasinya. Sebab nama Mamat sempat didengarnya sebagai bajingan juga. 

Namun meleset, di tengah perbincangan Mamat justru menyinggung soal peristiwa perampokan bersenjata api dulu. Joni tersentak. Kasus itu sudah ia lupakan. Tapi akhirnya ia mau tidak mau mengisahkan peristiwa tersebut supaya Mamat bisa segan padanya. Atau bahkan takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun