Dia terus berdoa dan berharap bertemu sekolah yang gratis. Walau itu tak mungkin, namun Ica tetap berdoa dan berharap.
Hingga sore mereka masuki satu persatu sekolah swasta yang ada di sekitar rumah mereka. Saat jam 16.30, merekapun memutuskan untuk pulang.
"Mahal-mahal semua, Ma!" keluh Ica sambil duduk di sofa.
"Ya begitulah!" sahut Mama Ica sambil menuju dapur.
Dia ingin menggoreng telur untuk makan kedua anaknya. Sejak siang mereka belum makan, hanya mengganjal perut dengan air putih saja.
"Kita makan dulu, ya?" katanya sambil mengangsurkan piring berisikan nasi putih dan telur mata sapi.
"Mama makan juga, ya?" kata Ica sambil melihat piring yang masih dipegang sang mama.
"Yaudah, kamu makan dulu!" sahut sang mama sambil mulai menyuapi Danar.
Ica segera menyuap nasi dan telur dengan lahap. dia menyisakan sedikit untuk sang mama makan. Dia tahu sekali, persediaan pangan mereka mulai menipis. Biasanya di minggu terakhir setiap bulan, mereka harus menghemat.
Bahan makanan akan ada lagi, saat mereka bisa membeli pangan subsidi dari dana KJP. Walau harus mengantri, Mama Ica tetap semangat demi bisa memberikan makan bergizi untuk kedua anaknya. Terkadang dia harus bolak-balik mengantri demi bisa membelinya.
Kadang kepanasan, kadang kehujanan. Namun dia tak menghiraukannya.