Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teroris itu Bergantung di Mana Kita Berdiri

19 Mei 2024   21:12 Diperbarui: 10 Oktober 2024   18:52 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpaduan bau asap rokok dan toilet itulah yang menghalangi dirinya untuk mengidentifikasi yang mana kebenaran inderawi dan kebenaran batin. Ini sekadar kiasan. Terlebih lagi, pihak pembantai manusia yang sarapan pagi hingga malam gelap dengan tangannya berlumuran darah korban yang tewas telah membutakan mata batinnya.

Soal teroris memang bukan pertanyaan berapa banyak jumlah korban tewas dibom dan ditembak senapan atau meriam. Bahwa tidak lucu dan masuk akal dilabelkan teroris pada pihak tertentu jika korban yang tewas akibat ledakan mercun.

Tidak lama sesudahnya, muncul lagi sekawan berita di medsos. Tepatnya dari Twitter bak menyuapi saya dengan sambel pedas.

Sensasi pedas sejadi-jadinya karena menjalar hingga ke wajah. Telinga saya jadi ikut memerah lantaran media daring menggembor-gemborkan narasi teroris.

Segera ocehan saya bertengger di medsos. "A little bit of Hamas terrorists, Hezbollah terrorists. Why does The Jerusalem Post openly say that Israel is a true terrorist? Come on, TJP, criticize Israel as a genuine terrorist because it is the culprit of genocide, ethnic cleansing, and other sadistic violence!" Dalam terjemahan ngawurnya yang mirip bahasa makhluk Mars, kurang lebih sebagai berikut.

"Sedikit-sedikit teroris Hamas, teroris Hizbullah. Kenapa The Jerusalem Post terus terang bilang kalau Israel sebagai teroris sejati. Ayo TJP, kritik dong Israel sebagai teroris tulen karena biang keroknya genosida, pembersihan etnis, kekerasan sadis lainnya!"

Sudah jelas petanya. Kekuatan besar dari yang melempar kosa kata jihad sembunyi tangan bernama Israel mampu memainkan peran ganda. 

Ada waktu, ia menggiring kosa kata teroris pada pihak lain dengan cara memanfaatkan media pendukungnya, yang bertujuan untuk membuat citra negatif terhadap yang pro Palestina. Lain waktu, dianggap efektif, jika Israel berada pada posisi korban teroris dan ungkapan seperti "Saya bersama dengan Israel," "Hamas teroris" dan sejenisnya di jagat medsos.

Begitulah ocehan saya terhadap media daring sebagai corong narasi teroris secara sepihak. Yang jelas, kita tidak tinggal diam dengan jurus mabuk tingkat dewa, maka diharapkan para followers si Israel rela membacanya. Soal Israel mempan dan ogahan dengan pernyataan gertak sambel lewat medsos itu, setidaknya ada gejolak batin dari pihak yang mendukung Palestina agar segera bebas dari cengkeraman Israel.

Untungnya, saya bukan agen Mossad Israel atau agen BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Karena mengambil sampel kecil dari pro Hamas dan pro Israel, saya barangkali akan melihat label teroris bergantung darimana mereka mengambil posisi.

Satu pertanyaan muncul. Apakah Israel yang dianggap sudah 76 tahun menebar teror membuat dirinya rabun jauh terhadap keadaan yang dihadapi oleh Palestina? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun