Ketika menilik komentar seorang warganet dengan bunyi statusnya, ternyata berbahasa Turki. Hakan dalam nama akun X (Twitter) yang sama berani menyatakan sikapnya. "Israel adalah teroris, hestek IsraelGenosida."Â
Di bawah statusnya, dia menampilkan berita utama majalah Time: "Israel bukan Bangsa Tetapi Organisasi Kriminal Teroris." Pernyataan lugas ini paling menantang karena statusnya didukung oleh rujukan majalah berkelas dunia.
Status dan konten tentang teroris Israel sebagaimana teroris Hamas masih seabrek yang belum tersaji di medsos. Apalagi yang tersisa dari Israel adalah teroris?Â
Makin dicari konten teroris di medsos, makin banyak yang belum terungkap. Yang jelas teroris merupakan sisi gelap antara Israel dan Hamas.
Sampai sekarang, tidak satupun pihak secara blak-blakan yang membenarkan teroris. Karena itu, teroris menjadi ampas sejarah yang menghantui. Makin dicomot konten teroris, makin sering tidak terungkap di medsos.
***
Di Twitter muncul status dalam cuitan @MacaesBruno seperti ini. "Future historians will have to explain how and why Western democracies joined ranks and went along with a band of lunatics."Â
Sebenarnya, cuitan bro Bruno itu muncul untuk menanggapi berita yang dimuat oleh media onlen berjudul: "Israel calls UN a ‘terror organisation’ as tensions escalate over Gaza war." Saya tidak tahu persis apa tujuannya berkomentar.
Dari judul berita itu saja sudah jelas bahwa Israel menuding PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai organisasi teroris. Kita juga tidak tahu persis apakah ini imbas dari dukungan 143 negara atas Palestina menjadi anggota PBB. Atau Israel hanya bermain kerambol.
Begitu banyak kritik bertubi-tubi datang dari berbagai penjuru mata angin, mulai dari protes mahasiswa dan kampus di Amerika, kelompok masyarakat sipil hingga warganet. Sehingga Israel merasa tersudutkan dari sebagian besar protes dan kecaman warga global.Â
Daripada Israel diserang, lebih baik ia menyerang duluan. Ia punya siasat jitu untuk berlindung di balik perang teroris.