Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teroris itu Bergantung di Mana Kita Berdiri

19 Mei 2024   21:12 Diperbarui: 3 Juli 2024   05:02 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital, akses terhadap berita dan opini tentang teroris begitu enteng kita dapatkan. Seorang berkomentar di akun Twitter dengan leluasa menyindir dan mengecam. Ini teroris. Itu teroris.

Mereka tidak ingin sendirian disebut teroris karena pihak di luar dirinya juga melakukan hal yang sama dengan cara membunuh. Setiap pihak punya hak bersuara, persis dalam posisi yang berbeda berhak pula untuk bersuara dengan menyebut pihak sebelumnya sebagai teroris. 

Kedua belah pihak sama-sama memposisikan dirinya sebagai penyebut teroris. Bisa saja kita dibuat bingung.

Selanjutnya, keluasan dan kedalaman fakta dan pikiran sebagai bukti, bahwa hanya dengan melihat yang mana teroris di balik posisi antarpihak saling berseberangan. Contoh, sudah berapa lama Hamas dan Israel bertindak dalam kekejaman dan pembunuhan. Bagaimana efek dari skala kekerasan yang lebih besar melalui pembunuhan. Begitulah yang ingin kita pahami sejauh mana teroris muncul dari semua posisi dan arah.

Dalam kondisi seperti itu menjadi sesuatu yang menantang untuk menentukan siapa teroris. Label teroris bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dihindari dan terbebas dari tindakan teroris.

Jangankan sama, mirip tindakan teroris pun perlu dihindari.

Di situlah akan ditemukan pembeda mana teroris dan mana yang bukan. Persoalannya, kedua belah pihak antara Israel dan Hamas saling menuduh teroris. Keduanya tetap bersekukuh dengan pendiriannya, di sana ada teroris dan di situ juga teroris.

Misalnya, saya memandang konten Twitter. "Pasukan Keamanan Israel (IDF) membunuh banyak teroris Hamas dalam pertempuran terlama di Gaza dalam tempo dua bulan." Inilah judul tulisan yang bercokol di media daring. Yang duluan "pasang badan" menyebut teroris Hamas adalah IDF dan pejabatnya. 

Hal yang penting bukan perkara yang pertama merasa senang menyebut Hamas sebagai teroris. Yang parah adalah korban keganasan perang. Teroris atau perang?

Bah, ini bukan mainan perang. Lelaki yang betah bermain dimulai dengan bermain medsos berselera teroris. 

Berturut-turut saya menatapi layar Twitter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun