Itulah sebabnya, teroris dan terorisme selalu menjadi momok yang menakutkan. Sehingga Israel maupun Hamas yang melakukan teror akibat pembunuhan dalam skala masif digelari sebagai teroris.
Padahal, teroris dan terorisme muncul karena dagangan agama. Memang, kita lihat oknum yang terjerumus dalam terorisme datang dari cara berpikirnya.Â
Banyak teroris tidak berwajah beringas. Dandanan teroris tidak ubahnya sebagai orang biasa.
Sementara, Israel menjadi bulan-bulanan labelisasi teroris. Saat ini, penampilan luar dan dandanan keren bahkan berseragam militer tidak selamanya menandakan teroris.Â
Siapa tahu isi kepala sebagian orang terlalu dangkal menilai orang di luar dirinya. Sebentar lagi Hamas sulit melihat dirinya jika ada yang perlu diperbaiki kesalahannya. Israel dan Hamas sama-sama berjulukan teroris.
Ada kawan mengira saya telah menyalahkan Hamas akibat tindakan teroris. Kawan pun meminta saya agar hati-hati dengan label teroris pada saudara sekeyakinan. Tunggu dulu kawan!
Apa yang dimaksud sekeyakinan? Membalas satu kekerasan dengan kekerasan bisa menyelesaikan masalah? Katanya cinta sesama, mengapa perdamaian dibalas dengan harga bunuh membunuh?Â
Itukah gen kita yang harus diwariskan pada generasi berikutnya. Saya kira, berangkat dari jebakan "kaca mata kuda," maka di luar dirinya dianggap musuh bebuyutan.
Pantaslah, tidak semua orang suka dengan berita menegangkan. Kita ingin santuy dan menikmati hidup dengan sabar dan gembira. Konflik Israel dan Hamas melulu juga membuat orang bete.
Apa tidak ada berita yang lain? Atau kita kurang piknik sehabis kerja lemburan dan kerja seharian tidak capai target? Pertanyaan itu saya jawab di sini.Â
Tetapi, catatan ini mencoba untuk menyontek hiburan, yang setara dengan piknik bahkan nonton konser musik dangdut atau pop dengan penuh kenikmatan.