Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sekadar Teks Tertulis yang Kacau

14 Maret 2024   21:51 Diperbarui: 19 April 2024   14:40 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, dari sana kita akan menjadi jejak-jejak, bahwa citra tanpa medium berbeda dengan kehadiran produksi nyata dari tanda kemajuan industri telah dilepaskan dari satu cermin ke cermin lain, ia lebih hingar bingar daripada proyeksi subyek dan penggandaan. 

Berkaitan dengan citra yang diproyeksikan, fotografis untuk fotografis, lukisan demi lukisan, peningkatan intonasi tidak membuat warna yang jelas menawan citra lukisan yang dipencilkan sejauh rasa indah yang arogan dan tuli, menerima kosmetikasi wajah tanpa senyuman dari bayangan subyek melebihi binatang rasional; dinding tebal dicat dengan luapan arus warna gelap, menawarkan secerca cahaya muncul di balik hasrat untuk membeli sedikit fatamorgana saat kita mulai berdiri tegak mengarungi jalan panjang dan bertemperatur tinggi. 

Di ujung cakrawala, saat perhatian kita diarahkan selera tinggi melalui tubuh murni (tubuh lahiriah) tanpa fatamorgana.

Selera tinggi berarti 'hirarki pengetahuan' (pikiran, indera) tentang obyek nyata menandai mata, hidung, kaki, otot, dan darah tidak nampak mengikuti jejak-jejak yang ditandai dengan ruang tulisan selama lolos dari luar sel-sel hasrat (menulis saat ria gembira atau dongkol) di balik peristiwa-peristiwa yang menghentakkan.

Dapat dikatakan, bahwa kodrat yang tersembunyi diantara gaya dandanan jelek, desas-desus berbisa, tipu muslihat dan kebencian dilepas, citra fatamorgana melawan pantulan dan cerminnya sendiri. 

Ia menciptakan jejak dengan tangan yang berlumuran darah dan otot-otot menegang terus akibat selera rendah dalam lingkaran godaan yang bertubi-tubi. Ia bukan berasal dari sekali ayunan langkah kaki di bumi. 

Dalam fatamorgana, sebuah penampakan tubuh membuat lebih nyata dalam cengkraman dan tantangan. Sebelum perbedaan antara citra padang pasir dan citra fatamorgana, yang nyata dan khayalan menunjukkkan dirinya dalam hasrat untuk kuasa. 

Lebih dahulu, obyek hasrat dengan naskah mendadak menjadi dokumen peristiwa. 

Zaman baru telah datang. Perubahan seiring kuasa yang menyebar. Perubahan dan kuasa mengundang penemuan, mimpi, dan imajinasi yang dilahirkan untuk membelakangi latar peristiwa suksesif dan tragis. 

Di situ pula, yang kuat datang dari tubuh. Ia akan menyatukan godaan dengan  mimpi, penjara, dan topeng.

Dalam ketidakhadiran rujukan; segenggam pasir menjadi gambaran betapa seseorang hanya bagian terkecil dari gurun pasir yang terhampar luas. Sebuah kamera mengabadikan gambaran segenggam pasir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun