Apalagi yang kita jagokan?Â
Citra dihubungkan dengan indera. Karena bukan hanya ungkapan kebahagian dan keindahan adalah menyatu dengan pikiran, layaknya menguras tanda ekspresif (citra senyum dan rintihan) dan membajak kehadiran makna menjadi ketidakhadiran pesan.Â
Tetapi juga obyek tatapan mengenai berbagai bencana alam, perang, kelaparan, wabah penyakit, dan tentu saja tidak sedikitpun rasa mengabaikan ’tubuh tidak terbatas’ (alami dan artifisial) sebagai penampakan obyek.Â
Sejauh ini, saya akan lebih berhati-hati melihat, bahwa setiap materi dan non materi terdapat ilusi. Â Lantas, pemikiran paling menarik adalah pemikiran yang terbebas dari prasangka dan ilusi.Â
Demikian pula, ketika kita akan memulai membuka mata telanjang sehabis bangun dari tidur, ia bukan hanya bersentuhan langsung dengan realitas: ekonomi, politik dan sejarah atau peradaban diri, tetapi juga suatu dunia nyata yang disaksikan melalui sekedipan mata.Â
Suatu tanda kehidupan (misalnya, sebagian kepala menyaksikan sinema tentang kepunahan manusia atau akhir kehidupan) menjadi atau sekaligus sebagai ’partisipan’, karena ’isi’ pesan ditawarkan mengenai gambar peristiwa menciptakan citra yang benar-benar nyata, tempat dimana bayangan diri ditumpahkan.
Tubuh mungkin digandakan dengan keadaan oposisi cermin: bayangan dan lingkaran cahaya yang nyata. Cahaya dan bayangan ditampilkan melalui tubuh. Â
Toh, tubuh tidak semata-mata diseret dalam wujud alami. Setiap kemiripan dan reproduksi material adalah kekosongan.Â
Dalam tulisan, tubuh yang cuma dilihat secara lahiriah alias materi menuju kekosongan berbeda dengan kemiripan, karena kemiripan hanya bertumpu pada pantulan dan cermin.Â
Citra juga dipisahkan dan disatukan kembali dengan suatu realitas diri melebihi realitasnya sendiri yang tidak terbatas. Di bawah wujud virtual, setiap materialitas kesadaran tidak lebih daripada turunan atau salinan dari dirinya sendiri.Â
Sedangkan ruang meditasi dan ’si empu tulisan’ tidak diganti atau direproduksi, melainkan didandani oleh pelukis, tatkala lukisan lebih alami daripada fotografis, maka gambar yang diproyeksikan merupakan cara untuk melepaskan diri khayalan birahi.Â