Pergerakan-pergerakan halus secara otomatis atau alamiah bukanlah sesuatu dunia esensial. Dalam organ tanpa anugerah ditutupi oleh materi pemikiran dengan bantuan berlapis-lapis oleh kecederungan alamiah. Ia silih berganti dengan sensasi dan mesin.Â
Panas dan dingin bergantung pada kesatuan energi non materi, tetapi ia hanya diketahui oleh tubuh. Pemikiran dan kebebasan, ketika daya-daya lain mengenai panas diciptakan untuk menekan pergerakan-pergerakan tubuh yang menolak kekerasan dan kecenderungan ganjil lainnya.
Tubuh merupakan efek ganda: perangsang paling ampuh dan penguat paling mematikan. Menggabungkan  paradoks dan mimpi, kilatan atas keluguan, khayalan atas indera dan kesilauan atas kesamaran.Â
Efek ganda itu memisahkan fenomena ekstrim dari penampilan tubuh. Rentetan tersebut memproyeksikan dirinya sendiri, dalam bingkai-bingkai gambar, simponi diskursus, dan tindakan.Â
Peristiwa itu dibungkam oleh seribu bahasa. Kelimpahannya adalah ritual kesenangan.
Entah kegelapan malam yang dibungkus kerudupan sinar dari lampu dan menimbulkan efek sensual, dinding berwarna cerah, rangsangan sirkulasi udara, pakain tidur, tarian, parfum, musik, rayuan, dan pujian yang terbenam hingga matahari pagi dan malam kembali melingkari korban kekerasan. Tetapi, seluruh pergerakan polosnya di bawah kesilauan tubuhnya.
Kesenangan-kesenangan fisik tidak lain hanyalah sebagai akhir dari kelahiran nalar. Tetapi, kita bernafsu tanpa lelucon; ia diubah menjadi kesenangan-kesenangan yang lumrah.Â
Begitulah cara-cara kita memanipulasi citra mimpi dengan titik akhir kegelapan dan kecerahan bergabung dan terbungkus tubuh dan efek-efeknya yang tajam. Dalam eforia Reformasi, ruang kebebasan yang tidak terkontrol seiring hasrat yang represif mendadak terpecah dalam kesia-siaan.
Insting pemangsa bukan kebinatangan. Ia hanya sekadar satu permasalahan kondisi manusia. Dalam pengetahuan, bahwa kesamaan insting manusia dan binatang, diantaranya air liur sebagai satu energi atau zat yang berfungsi untuk mempertahankan hidup.Â
Apakah kekerasan rasial di tengah cahaya atau citra artifisial sebagai sesuatu yang dianggap tidak sepeleh? Paling penting adalah kebebasan sebagai permasalahan.
Antara Nyata dan IlusiÂ