Sejuta penampakan wujud dianggap tidak masuk akal untuk menghasilkan tempo kemiripan yang lebih besar. Selain kemiripan dan perbedaan yang jelas sekaligus kebingungan diantara keduanya, anak-anak muda kreatif juga agak sulit untuk memilih salah satu dari kemiripan dan perbedaan selera.
Apapun yang ingin kita ungkapkan suatu selubung yang menopengi benda-benda dan kata-kata. Bahwa semuanya adalah gagasan yang tidak masuk akal dan kata-kata yang terlontar melalui mulut hanyalah bualan.
Saya kira, anak muda dan anak gadis pun yang membuat tatanan tidak mampu menyalin dirinya melalui dandanan necis atau rias kecantikan diri. Karena itu, kemiripan yang kosong dan ilusi tanpa tanda kebingungan yang dibentuk sebelumnya. Taruhlah misalnya, dalam rangkaian pertanyaan tentang diskursus ekonomi, medis, dan psikiatris.
Apa yang diketahui tentang diskursus ekonomi yang memusingkan kepala dihubungkan dengan indikator pendapatan per kapita atau paritas daya beli?
Berapa banyak biaya dikeluarkan jika ada seseorang atau penduduk yang berpenyakit secara klinis dan mental sebagai diskursus medis dan psikiatris? Adakah tatanan diskursus dan bagaimana nilai ilmiah seperti termuat dalam indeks persepsi kemiskinan yang dihubungkan pada tanda-tanda kemiripan dan perbedaan antara penyakit medis dan penyakit jiwa? Adakah ataukah tidak ada kemiripan dan perbedaan yang mendasar antara persepsi, ukuran dan relasi yang dibentuk oleh pengetahuan dalam indeks biaya dan indeks kesehatan?
Lalu, bentuk hubungannya dengan apa yang ditandai justeru menjadi bagian dari rangkaian persitiwa. Suatu kondisi tertentu yang saling memengaruhi bukanlah refleksi pada tanda-tanda yang menunjukkan kemiripan, melainkan tatanan yang akan ditandai dan diuji pada semua tanda zaman.
Sehingga tanda zaman bisa dihubungkan dengan wujud yang tampak dan menghilang dalam benda-benda dan kata-kata, yang mengajarkan pada kita tentang kekacau-balauan dan tidak luput dari ketidakteraturan turut mengisi kekosongan apa yang dipikirkan.
Misalnya, segala sesuatu yang hanya nampak gincu, hiasan, atau polesan seperti “menggantang asap,” akan lenyap ditelan oleh sang waktu..
Perbedaan yang kita perhatikan mengenai kemungkinan penulisan sejarah, atau peristiwa tentang kesejahteraan dan kemiskinan, kebebasan dan perbudakan menurut analisis ilmiah dan filosofis. Mengenai analisis kesejahteraan dari 270 juta penduduk Indonesia menyertai diskursus kemiskinan sambil diskontinuitas yang menutupi celah atau kerawanan tatanan.
Selain kemiripan, representasi tiruan dan citra artifisial mendapat kritik dari Cartesian yang keluar dari lingkaran utama, dari sebuah tatanan geometris.
Kita tidak memiliki masa lagi untuk menyisakan renungan tentang tiruan dan citra artifisial, kecuali kekuatan intelek manusia sebagai campuran kemiripan dan perbedaan yang membingungkan. Kita mencoba untuk mengeluarkan dari tatanan yang dibuat seakan-akan alami padahal palsu, inkonsisten dan ruang yang kosong.