Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lekuknya yang Tertata dan Diskontinuitas

13 November 2022   09:05 Diperbarui: 14 November 2022   15:30 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum, di mana pun mereka telah diamati, mencakup periode dua puluh lima hingga siklus seratus dua puluh tahun.

Lebih lanjut, di bawah siklus, ada gagasan yang oleh ahli disebut “jurang teknologi,” yaitu, fenomena ekonomi skala besar yang beroperasi selama berada dalam zaman modern. 

Misalnya, cara hidup petani di Asia yang sebagian besar tetap tidak berubah menjelang akhir abad kedua puluh.

Di beberapa tempat, petani dan teknologi pertanian tradisional berbeda yang di atasnya, jika ada seseorang memiliki siklus ekonomi besar. 

Dalam siklus besar, siklus kecil, dan akhirnya kembali ke titik sebelumnya, fluktuasi harga dan harga pasar yang menurun bisa ditelesuri. 

Ia bukan karena perbedaan produksi akibat penggunaan teknologi, melainkan diskursus telah menyatakan adanya kemungkinan-kemungkinan seiring kata-kata tertulis dengan tindakan, tidak lagi menjadi milik kita untuk berbicara tentang benda-benda yang jelas.

Hal lain adalah bagaimana ambang batas terjadi dalam diskontinuitas antara pemikiran dan sumber, penyimpanan dan reproduksi, persepsi dan imajinasi, keadilan dan kesejahteraan, dan seterusnya.

Apa yang kita pisahkan dari kata-kata dan tindakan memasuki kembali krisis dan rintangan yang tidak bisa lagi ditarik dalam diskontinuitas, karena apa yang di luar praktik diskursif hanya perkiraan kita. 

Ia bukan pula karena menarik diri dari kontinuitas-kontinuitas untuk memulihkan nama peristiwa yang telah kita alami atau perkiraan yang telah kita acuhkan.

Ia bukan pergantian jaringan kerja dari masa lalu yang menghancurkan kemiripan yang kita alami sekarang. Merunut peristiwa-peristiwa yang terbentang luas di depan kita, tidak berarti kita dapat mengaca diri saat yang lain ingin mempertanyakan kontinuitas alam yang gambarannya diledakkan sebelumnya. Ia adalah diri kita dengan segala topeng yang berbeda-beda; atas segala perbedaaan diskursus yang dibersihkan dari segala tuduhan pada nalar sebagai penyebabnya. Kita ternyata menghubungkan pertanyaan yang tidak jelas tentang sejarah masa depan; betapa perbedaan waktu adalah hak dari Descartes, Spinoza, Adam Smith, Kant, Nietzsche, Heidegger hingga Foucault dan Deleuze. Dari masa yang akan kita alami, jalinan diskontinuitas tidak akan menghilang dalam kehidupan, ia bukanlah selipan melalui peristiwa yang tidak terpikirkan.

Diskontinuitas adalah permasalahan bagaimana kita lebih kreatif memanfaatkan perbedaan waktu atau rangkaian perbedaan peristiwa yang akan tertuju pada benda-benda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun