"Makasih ya Pak...."
"Sama-sama Neng!" Setelah selesai melakukan transaksi, sopir taksi itu pun meninggalkanku.
***
Dihadapanku nampak berdiri bangunan rumah yang cukup besar, namun catnya sudah usang. Lampu dirumah itu nampak redup. Dihalamannya terdapat banyak pepohonan rimbun. Rumah tua yang tidak terawat dengan baik, sehingga terlihat seram dari luar.
Sedikit rasa takut menyergap pikiranku. Tapi segera kualihkan, mengingat tujuan awalku untuk bisa segera lulus dan wisuda!
Yuk semangat Yuk! bisiku dalam hati.
Aku pun melangkah mendekati pagar. Ku tekan bel rumahnya beberapa kali, namun tampak hening. Aku memastikan kembali alamat rumah pak Ridwan di chat yang dikirimkan oleh Fathir teman kampusku. Dia adalah satu-satunya mahasiswa yang pernah berkunjung ke rumah Pak Ridwan.Â
Di Chat tertulis Perum Kencana Nomor 5. Aku melihat nomor rumah yang tertera ditembok depan rumah Tua itu. Perum Kencana Nomor 5. Alamat yang sama dengan yang dikirim Fathir. Â
'Ehm, tapi kenapa keliatan sepi kayak nggak ada penghuninya ya'
Sebenarnya Aku bisa saja menanyakan langsung alamat rumahnya ke Pak Ridwan, namun beliau adalah dosen yang terkenal tegas dan tidak suka berbasa-basi. Bahkan saat beliau membuat janji temu, beliau hanya bicara singkat "Nanti sore ke rumah bapak!" tanpa menyebutkan alamat rumahnya dimana. Sehingga terpaksa aku mencari info dari teman-teman kampus.
Aku pun mencoba mengetuk-ngetuk pagar rumah itu.Â