Dalam upaya memahami dan menggambarkan implementasi pendidikan STEM berdasarkan prinsip-prinsip KI Hadjar Dewantara, studi kasus menjadi alat yang sangat berharga. Studi kasus memungkinkan para praktisi pendidikan untuk melihat penerapan nyata dan mengukur keberhasilannya dalam lingkungan pendidikan yang berbeda. Bagian ini akan menyoroti beberapa sekolah dan institusi pendidikan yang telah mengadopsi model pendidikan KI Hadjar Dewantara dan mendemonstrasikan hasil yang signifikan melalui pendekatan STEM.
Implementasi pendidikan STEM yang berakar pada filosofi dan metode pendidikan KI Hadjar Dewantara memerlukan pemahaman mendalam mengenai nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan yang ia ajukan. KI Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang kontekstual, menyesuaikan dengan budaya dan kebutuhan lokal, serta mendorong pengembangan karakter yang kuat pada peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan STEM yang integratif dan holistik dituntut untuk tidak hanya melibatkan aspek-aspek sains, teknologi, teknik, dan matematika, tetapi juga harus memperhatikan aspek-aspek humaniora dan sosial dalam proses pembelajarannya.
Sekolah-sekolah yang telah mengadopsi model KI Hadjar Dewantara dalam pendidikan STEM biasanya memulai dengan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru-gurunya. Guru-guru ini diajarkan bagaimana mengintegrasikan prinsip-prinsip pendidikan KI Hadjar dengan keterampilan dan metodologi STEM. Selain itu, kurikulum disesuaikan untuk memastikan bahwa pembelajaran bersifat interdisipliner, kontekstual, dan relevan dengan kondisi kehidupan nyata peserta didik.
Salah satu komponen penting dalam implementasi ini adalah penyediaan fasilitas dan sumber daya yang memadai. Laboratorium sains, ruang kelas berbasis teknologi, dan alat peraga teknik menjadi sarana vital dalam proses pembelajaran STEM yang efisien dan efektif. Namun demikian, yang lebih penting dari sekadar fasilitas adalah bagaimana pengajar dan peserta didik memanfaatkan dan memaksimalkan sumber daya tersebut dalam mendukung proses pembelajaran yang aktif dan bermakna.
Dengan penerapan yang tepat, diharapkan bahwa pendidikan STEM berbasis prinsip KI Hadjar Dewantara tidak hanya akan memperkaya pengetahuan dan keterampilan teknis peserta didik, tetapi juga mengembangkan karakter mereka menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman.
6.1. Sekolah-sekolah yang Mengadopsi Model KI Hadjar
Pendekatan pendidikan yang dirumuskan oleh K.H. Dewantara, atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, telah mengilhami banyak institusi pendidikan di Indonesia. Sekolah-sekolah yang mengadopsi model ini berfokus pada pembelajaran yang holistik, mencakup aspek akademis, moral, dan sosial. Model pendidikan Ki Hadjar menekankan pentingnya beradaptasi dengan konteks lokal, menggabungkan nilai-nilai budaya, dan membentuk karakter siswa melalui pengalaman praktis.
Salah satu contoh nyata adalah Sekolah Taman Siswa, yang didirikan oleh Ki Hadjar sendiri pada tahun 1922. Taman Siswa mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan yang menekankan 'Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani', yang berarti "di depan memberi teladan, di tengah menciptakan kesempatan, di belakang memberi dorongan." Sekolah ini berusaha menciptakan lingkungan belajar yang menginspirasi, di mana siswa didorong untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu, beberapa sekolah di berbagai daerah telah mulai mengadopsi pendekatan yang serupa. Misalnya, Sekolah Alam Indonesia yang mendasarkan kurikulumnya pada prinsip pembelajaran berbasis alam dan praktik langsung, serta menyerukan pentingnya pendidikan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini sesuai dengan filosofi Ki Hadjar yang percaya bahwa pendidikan harus kontekstual dan relevan dengan kehidupan siswa.
Di era digital saat ini, banyak sekolah yang mulai memasukkan elemen STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) ke dalam kurikulum mereka dengan tetap mempertahankan nilai-nilai pendidikan Ki Hadjar. Sekolah seperti Indonesia STEM Academy telah mengintegrasikan pendidikan STEM dengan pendekatan kontekstual Ki Hadjar, memastikan bahwa siswa tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki karakter yang kuat serta keterampilan sosial yang baik.
Penggunaan model pendidikan Ki Hadjar Dewantara di sekolah-sekolah ini membuktikan bahwa pendekatan yang mengedepankan moral, budaya, dan kontekstualisasi materi ajar dapat berjalan seiring dengan tuntutan pendidikan modern, seperti integrasi STEM, untuk menciptakan generasi yang inovatif dan beretika.