Pandangan ini membawa Ki Hadjar untuk menggabungkan aspek akademik dengan elemen praktis dan aplikatif, yang sejalan dengan konsep pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Filosofi ini menitikberatkan pada pembelajaran yang interaktif dan berbasis proyek, di mana siswa diajak untuk memahami konsep dasar sekaligus mencoba menerapkannya dalam berbagai situasi nyata.
3.2. Implementasi Filosofi dalam STEM
Implementasi filosofi pendidikan K.H. Dewantara dalam pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) berfokus pada pendekatan holistik yang memadukan prinsip-prinsip tradisional dan modern. Filosofi pendidikan KI Hadjar berbasis pada tiga semboyan: "Ing Ngarsa Sung Tuladha" (di depan memberikan teladan), "Ing Madya Mangun Karsa" (di tengah memberikan semangat), dan "Tut Wuri Handayani" (dari belakang memberikan dorongan). Pendekatan ini dapat diterapkan dalam pendidikan STEM dengan cara yang inovatif dan kontekstual.
Di dalam kelas STEM, pendidik dapat menerapkan "Ing Ngarsa Sung Tuladha" dengan menjadi teladan dalam pemahaman atas prinsip-prinsip ilmiah serta etika profesional di bidangnya. Misalnya, seorang guru sains dapat menunjukkan bagaimana metode ilmiah diterapkan dalam eksperimen nyata serta pentingnya integritas dan kejujuran dalam penelitian ilmiah.
Konsep "Ing Madya Mangun Karsa" dapat direalisasikan dengan membangun lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk berkolaborasi, berinovasi, dan memecahkan masalah secara kreatif. Pendidik bisa menjadi fasilitator yang memotivasi siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan baru dan berinteraksi aktif dalam proyek-proyek STEM yang berkontribusi pada masyarakat. Tantangan-tantangan dunia nyata bisa digunakan sebagai bahan ajar untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Filosofi "Tut Wuri Handayani" mendorong siswa untuk menjadi mandiri dan berani mengambil inisiatif dalam proses belajar. Dalam konteks pendidikan STEM, guru bisa menyediakan lingkungan yang mendukung inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen, riset, atau proyek mandiri. Siswa diajarkan untuk mengevaluasi dan merefleksikan hasil kerja mereka sendiri, sehingga mereka bisa terus menerus belajar dan berkembang.
Implementasi filosofi pendidikan KI Hadjar Dewantara dalam pendidikan STEM tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kompetensi akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa yang berintegritas, inovatif, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat. Integrasi ini memberikan landasan yang kuat bagi siswa untuk menghadapi tantangan era digital yang semakin kompleks.
4. Pentingnya Pendidikan STEM
Pendidikan STEM, yang merupakan singkatan dari Science, Technology, Engineering, and Mathematics, memainkan peran penting dalam menyiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan era digital yang semakin kompleks. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, pemahaman yang mendalam tentang ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika menjadi fondasi utama dalam menciptakan individu yang tidak hanya adaptif tetapi juga inovatif.
Pentingnya pendidikan STEM tidak hanya terbatas pada penguasaan materi-materi akademis, tetapi juga pada pengembangan keterampilan kritis, analitis, dan problem-solving. Dalam konteks ini, pendidikan STEM menawarkan pendekatan yang terpadu, di mana siswa didorong untuk menghubungkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu untuk memecahkan masalah dunia nyata secara kolaboratif. Kemampuan ini sangat dibutuhkan di dunia kerja modern yang menuntut pemikiran lintas sektoral dan interdisipliner.
Dalam perspektif K.H. Dewantara (KI Hadjar), pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan budi pekerti yang luhur. Prinsip ini sangat relevan dengan pendidikan STEM, yang tidak hanya bertujuan mengembangkan keterampilan teknis tetapi juga etika dan tanggung jawab sosial. Pendekatan holistik yang menekankan pada 'karya nyata' dan kemandirian dalam belajar sejalan dengan filosofi KI Hadjar yang memandang pendidikan sebagai sarana untuk memerdekakan manusia dari kebodohan dan keterbelakangan.