Ketiga, pendidikan STEM membantu memenuhi kebutuhan tenaga kerja masa depan. Laporan menunjukkan bahwa banyak lapangan kerja di masa depan akan memerlukan keterampilan yang diajarkan dalam pendidikan STEM. Dengan latar belakang yang kuat dalam STEM, siswa akan lebih siap untuk memasuki pasar tenaga kerja dan berkontribusi dalam bidang-bidang yang sedang berkembang, seperti kecerdasan buatan, analisis data, dan teknologi informasi.
Keempat, pendidikan STEM meningkatkan literasi digital bagi siswa. Literasi digital menjadi kebutuhan dasar di era digital, dimana hampir semua aspek kehidupan sehari-hari terintegrasi dengan teknologi. Melalui pendidikan STEM, siswa tidak hanya belajar tentang teknologi, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya dengan bijaksana dan bertanggung jawab.
Secara keseluruhan, pendidikan STEM memberikan fondasi yang kuat bagi siswa untuk berhasil dalam era digital yang dinamis. Integrasi keterampilan STEM dalam kurikulum dapat membantu siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat yang adaptif, kreatif, dan inovatif.
5. Integrasi Prinsip KI Hadjar dalam Pendidikan STEM
Integrasi prinsip pendidikan yang diajukan oleh K.H. Dewantara dengan konsep Pendidikan STEM merupakan langkah strategis untuk membangun sistem pendidikan yang holistik dan relevan dengan perkembangan zaman. KI Hadjar Dewantara, yang memiliki filosofi mendalam tentang pendidikan berbasis kebudayaan dan kepribadian bangsa, menyadari pentingnya pendekatan yang kontekstual dan praktis dalam proses belajar mengajar. Integrasi ini tidak hanya mengacu pada peningkatan keterampilan teknis, tetapi juga pengembangan karakter dan nilai-nilai sosial yang kuat.
Pendidikan STEM, yang menggabungkan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika, adalah jawaban terhadap kebutuhan masa kini akan tenaga kerja yang memiliki kemampuan analitis dan pemecahan masalah yang tinggi. KI Hadjar Dewantara meyakini bahwa Pendidikan harus mampu menghasilkan insan yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Oleh karena itu, mengintegrasikan prinsip-prinsipnya ke dalam Pendidikan STEM memerlukan penekanan pada aspek-aspek pembelajaran yang kontekstual dengan kehidupan nyata, serta pengembangan karakter yang inklusif.
Pendekatan ini juga menggarisbawahi pentingnya pengajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung dan mengarahkan. Hal ini sejalan dengan filosofi K.H. Dewantara tentang "Tut Wuri Handayani," yang berarti guru harus memberikan dorongan dari belakang, membiarkan siswa menemukan dan mengembangkan potensinya sendiri. Dengan demikian, Pendidikan STEM yang diintegrasikan dengan prinsip-prinsip KI Hadjar tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa, tetapi juga memupuk keterampilan sosial dan emosional melalui pembelajaran yang relevan dengan lingkungan sekitarnya.
Secara keseluruhan, Integrasi ini berupaya untuk menciptakan sebuah ekosistem pendidikan yang adaptif, berwawasan lingkungan, dan berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Hal ini bukan saja relevan untuk menghadapi tantangan era digital, tetapi juga untuk membentuk karakter generasi penerus yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
5.1. Pendekatan Praktis dan Kontekstual
Pendekatan praktis dan kontekstual dalam pendidikan STEM, sebagaimana dikemukakan oleh K.H. Dewantara, merupakan metode yang menekankan pada relevansi dan aplikasi nyata dalam proses pembelajaran. KI Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan tidak boleh terpisah dari realitas kehidupan sehari-hari, melainkan harus mencerminkan kebutuhan dan tantangan yang ada di masyarakat.
KI Hadjar menggarisbawahi pentingnya pendidikan yang tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga mengutamakan praktik dan pengalaman langsung. Dalam konteks pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), pendekatan ini berarti siswa harus diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam eksperimen, proyek penelitian, dan aktivitas yang menantang kemampuan analitis serta problem solving mereka.