Bapa Adrian memompa kami dengan antusias. Mengambil alih tugas Yosua, pemimpin paduan suara, dengan ayunan tangan dan ekspresi muka mengikuti alunan piano. Saking semangatnya, butiran keringat dibiarkan membasahi dahinya. Seksi sekali.
"Pertahankan seperti ini di ibadah besok. Tuhan memberkati kalian semua!" sembari tersenyum penuh wibawa dia pamit kembali ke ruangannya.
Menyusul satu-persatu meninggalkan ruang latihan dengan muka lelah. Daniel paling terakhir setelah membereskan pianonya.
"Nggak pulang sekalian, Sa?" tanyanya sambil menjinjing tas punggung.
"Setelah buket bunga beres, Dan. Sudah janji aku sama Bu Rosana."
"Baiklah. Aku duluan, ya."
Aku mengangguk. "Sampai besok, Dan. Jangan telat!"
Daniel menjawab dengan lambaian tangan tanpa membalikkan badan sampai punggungnya hilang di balik pintu. Meninggalkan aku seorang diri di ruangan itu.
Aku mulai asyik merapikan buket bunga yang tak rapi, bersenandung pelan melantunkan lagu yang dilatih tadi.
"Tuhan Maha Pengasih. Ya, Tuhan, ampunilah."
Baru sebentar aku berkutat dengan bunga-bunga itu, seseorang memanggil namaku.