"iya. Aku mencintaimu. Untuk yang keseribu kalinya kubilang aku mencintaimu, tapi -"
"tapi kenapa, Mar ?" pertanyaan Prama menyirat kekhawatiran
"apa cuma berhenti sampai kata cinta ?"
"maksudmu ?"
"ah, kenapa kamu mesti nanya itu, Pram. Kamu pura-pura bodoh,"
"aku serius, Sayang. Aku tak mengerti kata-katamu," tatapan Prama mengiba
"apa .. apa tak terbersik sedikit pun dibenakmu untuk mendapat lebih dari sekedar cinta dariku ?"
"sesuatu yang lebih dari cinta ? ah tidak, rasa-rasanya cintamu sudah memenuhi segalanya, Marieta"
"itu kan sekarang, belum tentu nanti. Kalau aku peyot dan keriput ? apa kamu masih berteriak lantang mencintaiku ? aku ingin menjadi perempuan utuh, Pram"
Tatap mata Marieta menyapu wajah Prama yang kebingungan.
"ya, Tuhan. Apa maksudmu dengan ini semua, Marieta. Kau berubah drastis. Setan mana yang merasukimu,"