Mohon tunggu...
Emil WE
Emil WE Mohon Tunggu... road and bridge engineer -

Seorang penikmat sastra, anggota forum diskusi sastra “Bengkel Imajinasi”, anggota Adventurers and Mountain Climbers (AMC 1969) Malang, kini tinggal di kampung kecil di Jawa Timur sehabis menekuni profesinya sebagai urban di Jakarta. Gemar menulis di alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Koridor

28 Desember 2010   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"iya. Aku mencintaimu. Untuk yang keseribu kalinya kubilang aku mencintaimu, tapi -"

"tapi kenapa, Mar ?" pertanyaan Prama menyirat kekhawatiran

"apa cuma berhenti sampai kata cinta ?"

"maksudmu ?"

"ah, kenapa kamu mesti nanya itu, Pram. Kamu pura-pura bodoh,"

"aku serius, Sayang. Aku tak mengerti kata-katamu," tatapan Prama mengiba

"apa .. apa tak terbersik sedikit pun dibenakmu untuk mendapat lebih dari sekedar cinta dariku ?"

"sesuatu yang lebih dari cinta ? ah tidak, rasa-rasanya cintamu sudah memenuhi segalanya, Marieta"

"itu kan sekarang, belum tentu nanti. Kalau aku peyot dan keriput ? apa kamu masih berteriak lantang mencintaiku ? aku ingin menjadi perempuan utuh, Pram"

Tatap mata Marieta menyapu wajah Prama yang kebingungan.

"ya, Tuhan. Apa maksudmu dengan ini semua, Marieta. Kau berubah drastis. Setan mana yang merasukimu,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun