"aku rindu, Pram. Sangat-sangat rindu. Tapi -kamu menjengkelkan, Pram. Sangat-sangat menjengkelkan," Marieta kemudian membenamkan kepalanya di dada Prama. Ia merajuk.
"lihatlah kita berdua, Pram. Kita bertemu di tempat yang tak wajar. Lihat pula dandananmu. Susah kukenali,"
"bukankah ini tantangannya, Sayang ?" Prama lantas tersenyum menilik Marieta di pelukannya.
"iya. Aku tahu. Tapi sampai kapan ?" sorot mata Marieta meminta penjelasan.
"entahlah .." jawab Prama menelan ludah. Ia merasa buntu.
Di sekitar Marieta dan Prama, lalu lalang penumpang Transjakarta pura-pura tak peduli. Namun beberapa di antaranya melempar lirikan sambil melintas.
gadis goblok !! rela dilalap bandot tua !!, umpatnya dalam hati. Mereka terusik penasaran.
"Dua minggu lebih kamu tak menelponku, Pram" ucap Marieta sambil melepas pelukannya. Tatap matanya meminta penjelasan.
"aku ada tugas ke Rusia. Kuhubungi ponselmu tak berjawab, Sayang"
"jangan bohong, Pram. Alasanmu klasik," timpal Marieta
"sumpah. Demi Tuhan"