Kondisi ini mendorong para kandidat untuk berlomba-lomba mengumpulkan dana sebanyak mungkin, sering kali tanpa memerhatikan sumbernya. Akibatnya, terbuka pintu masuk bagi dana-dana haram yang mencoba memengaruhi proses politik dengan menanamkan investasi politik pada kandidat-kandidat tertentu. Dana-dana seperti ini berpotensi mencederai integritas proses politik dan mengancam independensi pejabat terpilih, karena nantinya akan ada tekanan dari pihak-pihak yang telah berinvestasi agar kebijakan yang diambil berpihak pada kepentingan mereka.
Pada akhirnya, situasi ini tidak hanya mengganggu proses demokrasi, tetapi juga bisa menciptakan risiko korupsi dan kebijakan yang tidak berpihak kepada kepentingan publik. Dengan demikian, praktik politik uang tidak hanya merusak kualitas Pemilu tetapi juga membahayakan tata kelola pemerintahan di masa depan.
Pada pemilihan calon walikota dan calon wakil walikota Bekasi 2024, media online memainkan peran yang sangat penting, mirip dengan peran media dalam pemilihan walikota dan wakil walikota 2024. Media online seperti media sosial dan situs berita sering kali menampilkan notifikasi mengenai calon walikota dan calon wakil walikota, memberikan informasi secara cepat dan luas kepada masyarakat. Sementara itu, media konvensional seperti televisi, radio, dan media cetak mulai mengalami pergeseran peran karena semakin dominannya media sosial dan media online yang lebih efektif dalam menjangkau pemilih.
Dalam konteks kampanye politik, media digunakan untuk melakukan spin politik, yaitu suatu upaya oleh kandidat untuk mengarahkan opini publik dengan menyebarkan pesan-pesan tertentu melalui media. Spin politik ini bertujuan untuk menciptakan citra positif bagi kandidat dan memengaruhi pilihan pemilih. Dalam pemilihan walikota dan wakil walikota, para kandidat akan memanfaatkan media online untuk membentuk narasi yang menguntungkan mereka dan mengatasi isu-isu yang dapat merugikan citra mereka.
Media, terutama media online, saat ini menjadi aktor utama dalam dunia politik, dengan kemampuan untuk membuat atau meruntuhkan karier politik seseorang. Media dapat membantu memperkenalkan calon kepada masyarakat dan membuat mereka terlihat lebih menarik, namun di sisi lain, media juga memiliki kekuatan untuk merusak reputasi calon jika pemberitaan negatif tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu, pengelolaan citra melalui media menjadi aspek yang sangat penting dalam kampanye pemilihan walikota dan wakil walikota Bekasi 2024.
Media kini tidak hanya berfungsi sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai kekuatan propaganda yang sangat berpengaruh dalam kampanye politik, baik di media konvensional maupun media sosial. Pada pemilihan umum 2019, media online menjadi salah satu platform yang paling banyak dimanfaatkan oleh para kandidat. Kehadiran media online telah mengubah taktik dan strategi kampanye dalam meraih suara pemilih di Indonesia. Media online telah menjadi alat utama dalam proses politik, khususnya setelah pilkada walkot Kota Bekasi 2024, di mana penggunaan media sosial dan media online mulai menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Jika dibandingkan dengan media konvensional seperti spanduk, baliho, selebaran, iklan di koran, televisi, radio, atau bahkan pengumpulan massa, media sosial memiliki sejumlah kelebihan yang membuatnya lebih efektif dalam menarik perhatian pemilih. Media sosial memungkinkan kampanye politik untuk lebih interaktif, cepat, dan terjangkau. Kandidat dapat langsung berinteraksi dengan pemilih, menyebarkan pesan, dan merespons dinamika politik secara real-time. Selain itu, media sosial memungkinkan kampanye lebih tersegmentasi, sehingga dapat menyasar audiens tertentu dengan lebih tepat.
Dengan kemudahan aksesibilitas dan kemampuan untuk menjangkau audiens lebih luas, media sosial dan media online telah mengubah cara-cara berkampanye politik di Indonesia, menjadikannya lebih modern dan efisien dalam meraih dukungan, terutama dalam konteks pemilihan walikota dan wakil walikota, seperti pada Pemilu 2024 di Kota Bekasi.
Relasi politik antara pemilik dan pengelola media dengan para kandidat dalam kampanye pemilihan berpotensi memengaruhi framing media ketika memproduksi berita. Hubungan ini bisa menciptakan bias dalam pemberitaan yang menguntungkan salah satu pihak, baik itu kandidat atau kelompok tertentu. Framing berita, yang mengacu pada cara informasi disusun dan disampaikan, sering kali dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politik yang ada di balik layar. Dalam hal ini, para pemilik media atau pengelola media mungkin akan menyesuaikan narasi media sesuai dengan kepentingan politik atau hubungan mereka dengan kandidat tertentu.
Konten media massa, pada akhirnya, dapat menjadi perpaduan antara program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal dari sumber-sumber nonmedia. Pengaruh eksternal ini bisa berasal dari individu-individu berpengaruh secara sosial, kontrol pemerintah, atau pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan tertentu. Hal ini mengarah pada konstruksi realitas yang lebih kompleks, di mana media tidak hanya menyampaikan informasi secara objektif, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika politik dan ekonomi yang ada.
Seperti yang dijelaskan oleh Shoemaker & Reese (1996), media dalam konteks ini bukan hanya sekadar saluran informasi, melainkan juga memiliki kepentingan dan agenda tertentu yang dapat memengaruhi cara pesan disampaikan kepada publik. Ini menjadi penting untuk dipahami dalam kampanye pemilihan calon walikota dan wakil walikota, di mana media massa menjadi sarana untuk mempengaruhi opini publik dan hasil pemilu.