Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding Tidur (Cerpen Memikat Karya Pemenang Nobel Sastra)

7 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 7 Juni 2024   20:05 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Di mana kau mendengar itu?"

"Di kedai pangkas."

"Apa anehnya jika seorang yang letih tertidur? Salahkah dia kalau ketika itu langit runtuh dan neraka bobol?"

Guru sejarah itu ketawa dan coba membujuknya, "Jangan marah, kau kan mengerti aku tak tahu samasekali hubunganmu dengan gadis jururawat itu.

"Hubungan apa? Kau gila!"

Maaf aku benar-benar minta, maaf. Tapi itulah yang kudengar di kedai pangkas."

Ia meneruskan perjalanan tanpa tujuan itu. Puah. Cerita burung tentangnya akan terus menggelembung seperti sebuah balon raksasa. Sementara itu si gadis yang terbunuh sudah meninggal. Kasihan gadis malang itu. Teriak putus asanya telah membentur dinding tidur, tapi secara misterius telah menembus telinga seluruh kota kecil itu. Gadis malang, aku lebih malang darimu.

Penjual rokok itu berkata kepadanya ketika menyerahkan sebungkus okok, "Saya ikut berdukacita ... terimalah rasa simpati saya..."

Aduh! Nampaknya seluruh kota ini sudah tahu tentang pembunuhan tersebut. Mereka ikut berduka cita, memberikan rasa simpati, dengan anggapan di antara ia dan gadis itu ada suatu hubungan yang sangat erat. Pertunangan antara mereka seperti diumumkan sesudah gadis itu meninggal. Dan kecurigaan pastilah akan menggambarkan sesuatu yang lebih jauh dari itu semua.

Pemilik sebuah kedai kecil melemparkan kerlingan penuh arti kepadanya. Siapakah orang itu? Ia merasa mata semua orang tertuju kepadanya. Ia telah diburu, dituduh dan dianggap bersalah. Tak ada jalan untuk melepaskan diri sebab ia dianggap bertanggungjawab. Bukankah korban pembunuhan itu berteriak minta tolong sambil menyebut namanya? Di sekolah besok ia akan dihujani dengan pertanyaan. Langit akan runtuh dan neraka bobol di halaman sekolah itu. Jalan sudah terasa jauh di tempuhnya, dan ia telah menjadi buah bibir penduduk kota itu. Orang-orang membicarakan peristiwa pembunuhan dengan tekanan pada dirinya yang tertidur ketika kejadian itu berlangsung di depan hidungnya.

"Si pembunuh seorang murid sekolah menengah sudah tertangkap."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun