Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding Tidur (Cerpen Memikat Karya Pemenang Nobel Sastra)

7 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 7 Juni 2024   20:05 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kematian gadis yang sia-sia itu rupanya merupakan korban dari delikuensi remaja. "Pembunuh itu mencintai sang korban, tapi ia bertepuk sebelah tangan. "Seperti diperkirakannya tentulah gadis itu berkepribadian kuat sehingga ia merasa selalu ada jarak untuk mendekatinya.

"Sudah pasti gadis jururawat itu mencintai guru bahasa Arab tersebut..." Padahal, ia selalu sibuk dengan upacara pemujaan roh, bukan meluangkan waktu untuk bercinta... dan terlalu nyenyak tidur, bukan menyelamatkan nyawanya, "Guru bahasa Arab itu telah mengatakan kepada pihak Kejaksaan bahwa ia tertidur ketika kejadian itu berlangsung. Aneh sekali, hiruk pikuk dan jeritan yang antara lain memanggil namanya tidak membangunkannya. Memang aneh. Tapi mereka tak tahu bahwa malam sebelumnya ia telah bergadang semalaman melakukan upacara perjaan roh dan berdebat tentang nasib. Rasa pedih terasa di hulu hatinya, isi dadanya seperti diperas kering dan merembes perlahan-lahan dengan cairan racun. Dan akhirnya dengan enggan ia pulang juga ke rumah, sambil mengharapkan hujan lebat menyerkap seluruh kota kecil itu dengan sebuah tabir gelap. Dilihatnya si pemilik rumah sedang duduk di atas bangku tepat di bawah pohon kurma tunggal. Orang tua itu menyambut kedatangannya dengan ramah, "Kau letih nampaknya. Aku harap kau tidak tersinggung dengan apa-apa terjadi pagi tadi.

la menggelengkan kepala. Orang tua pemilik rumah itu merendahkan suaranya, lebih keras sedikit dari bisikan, berkata, "Betulkah seperti yang dikatakan orang-orang?"

"Ya!" jawabnya tajam. "Juru rawat itu telah dibunuh di depan hidung saya sementara saya tertidur dengan sangat nyenyak. Itulah keajaiban dunia yang kedelapan!"

"Dan saya tak mendengar teriakannya minta tolong. Ada orang yang mengatakan bahwa saya mendengarnya tapi pura- pura tidur."

Orang tua itu bangkit, mendekatinya, dan meminta maaf berkali-kali, memegang tangan anak muda itu, menariknya dan mengajak duduk di sampingnya, "Ayahmu - semoga Tuhan melapangkan kuburnya, ialah sahabatku. Jadi maafkanlah aku..."

Sunyi berlangsung cukup lama. Ia minta diri dan orang tua pemilik rumah mengantarnya sampai di pintu, dan berbisik di telinganya, "Aku harus mengulangi kembali apa-apa yang telah kukatakan kepadamu pagi tadi tentang pemujaan roh itu."

Ia melunjurkan kaki di atas ranjang dengan keletihan yang luar biasa. Sambil memejamkan mata. la bersungut, "Aku memerlukan tidur yang panjang, yang lama sekali dan untuk selama-lamanya...."***

(Aku mendapatkan dua lembar fotokopi cerpen  karya Naguib Mahfouz, pemenang Nobel Sastra 1988 ini dari seorang guru Bahasa Inggrisku kala SMA. Cerpen ini diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Hasan Junus. Saat mencari nama Penulis aslinya di mesin pencarian, aku menemukan nama: Najib Machfuzh (bahasa Arab: , Nab Maf; Naguib Mahfouz; Gamaliya, Kairo, 11 Desember 1911 -- 30 Agustus 2006) adalah seorang novelis Mesir yang mendapatkan Penghargaan Nobel dalam bidang sastra pada tahun 1988. Namanya diberikan orangtuanya sesuai dengan nama Profesor Naguib Pasha Mahfouz, dokter yang membantu kelahirannya. Mahfouz, yang lama menjadi pegawai negeri, berdinas di Kementerian Wakaf Mortmain, kemudian menjabat sebagai Direktur Badan Sensor di Biro Seni, Direktur Yayasan Pendukung Bioskop, dan akhirnya sebagai konsultan di Kementerian Kebudayaan. Ia menerbitkan lebih dari 30 novel. Ia memperoleh Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1988). Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun