Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding Tidur (Cerpen Memikat Karya Pemenang Nobel Sastra)

7 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 7 Juni 2024   20:05 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bukan begitu. Awal dengan keraguan membawa pada akhir dengan keraguan pula."

la coba mengalihkan pokok pembicaraan.

"Saya perlu memberitahu anda tentang dinding kamar mandi yang..."

"Jangan mengelak dari pokok pembicaraan. Pemujaan roh yang kau lakukan telah mengganggu para tetangga sesama penyewa di rumah ini."

"Saya tidak melakukan sesuatu yang melanggar hukum, dan lebih perlu membicarakan dinding kamar mandi..."

"Marilah kita memperkuat saling pengertian," kata si pemilik rumah itu sambil mengarahkan pipa karet ke tempat lain. "Tentang dinding kamar mandi itu baiknya kau uruslah sendiri."

Sangat tidak menyenangkan memulai perjalanan hari seperti itu. Sebagaimana pagi-pagi Jumat, jalan di depan itu lengang sekali. Awan tebal berselekeh di atas kota kecil itu.

la merasa kepalanya berat karena tak tidur semalaman. Setelan selesai upacara pemujaan roh malam tadi, temannya yang menjadi guru sejarah mengatakan, "Sekarang kita bisa berbincang-bincang tentang nasib..." Dan malam itu telah dihabiskan dengan perdebatan yang tak menghasilkan apa- apa. Si teman akhirnya pulang ketika hari mulai terang dan berkata sambil ketawa, "Obat paling tepat bagimu ialah kawin." Ia masuk ke tempat tidur dengan risau, mengurung wajah seseorang dengan pelupuk matanya. Pohon kurma tunggal di luar itu seharusnya tidak terus sendirian selama-lamanya. Ibunya telah mengatakan beberapa hari sebelum meninggal bahwa orang memiliki sesuatu yang harus disyukuri dalam kehidupannya.

Kedai kopi itu masih kosong, seperti biasanya pada pagi-pagi begini. Ia duduk di meja depan pintu menghala ke stasiun kereta api. Pelayan membawa surat kabar dan meletakkan di mejanya. Lalu mengantarkan pesanannya, secangkir kopi dan roti. Aneh sekali, kepalanya terasa lebih berat setelah menghabiskan kopi dan rotinya, padahal subuh tadi dengan sia-sia ia berputar-putar menantikan kedatangan kantuk.  Ia memikirkan tatabahasa yang akan diajarkan kepada murid-muridnya. Hal itu mengingatkan dia kepada teman akrabnya, si guru sejarah, lawannya berdebat tanpa hasil.

"Apa artinya?"

"Kau kan guru bahasa Arab!  Mana ada suatu verba tanpa subyek."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun