Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding Tidur (Cerpen Memikat Karya Pemenang Nobel Sastra)

7 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 7 Juni 2024   20:05 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bahasa ialah sumur tanpa dasar."

Muhammad wafat. Muhammad subyeknya. Tapi apakah bentuk subyek itu? Inilah sebabnya aku senantiasa mencari apa yang terjadi di balik kerajaan bahasa..."

Pelayan kedai kopi itu datang mengganggu gambaran pikirannya dengan mengelap meja marmar di depannya. "Tentu langgananmu tak suka jika khayalannya terganggu," katanya. Pelayan itu tersenyum seperti biasa, meskipun ucapan yang didengarnya itu terasa ganjil. Diambilnya uang yang diletakkan langganannya di atas meja dan berlalu.

Fotokopi, potongan cerpen, 1988. Dokpri
Fotokopi, potongan cerpen, 1988. Dokpri

Ia biarkan pikirannya berjalan, (Pelayan itu tersenyum, senyum seorang bijaksana, namun karena seluruh wujud senyum itu belum diketahui maka pengetahuan kita tentang hal-hal kecil yang dekat di sekeliling kita tetap tidak sempurna, tak dapat diuraikan. la mengalihkan pandangan ke awan, merenungi sisi paling silau sampai mengaburkan mata, warna putih itu berubah-ubah seperti dilakukan oleh suatu tangan sihir, berkilat-kilat, mengapung, lalu menjadi gumpalan yang muram, tak berbentuk dan bertemperasan: Didorong oleh keinginan untuk mercapai kebehingan mutlak, ia berlutut di depan sebuah patung Buddha dalam sebuah taman Jepang, dan terdengar suara temannya si guru sejarah berkata sambil menunjuk pada patung itu, "Ketenangan, kebenaran, kemenangan," yang diulanginya sesungguh hati, "Ketenangan, kebenaran, kemenangan." Ia kerahkan seluruh kekuatan pikirannya bagaikan bersiap menghadapi perdebatan-perdebatan mereka, sementara daun-daun gemersik seperti berteriak pilu. Terdengar jeritan seorang anak kecil atau mungkin juga seorang gadis. Jantungnya berdebar sedikit bersemangat berahi. Ingin ia ungkapkan rangkaian puisi seperti rubai Omar Al-Khayyam, tapi apa itu... suara memanggil namanya. Ia berpaling ke arah suara itu dan mendengar si guru sejarah berkata, "Obat paling tepat bagimu ialah kawin." Langkah-langkah kaki orang terdengar hingar sekali la bangkit dan berlari hendak mengejar kereta api tapi tergelincir dan terjatuh di trotoar. Ya Allah! Kenapa tempat ini jadi begini ramai dan sibuk? Orang- orang berjejal di depan gerbang. Beberapa polisi menjaga peron stasiun itu. Peristiwa apa yang terjadi di bawah awan yang menebal ini? Itu pelayan kedai kopi keluar dari kerumunan orang kembali ke tempat kerjanya. Sambil memiringkan badannya si pelayan mendekatinya dan berkata, "Tentu anda melihat semua itu dengan jelas, bukan?"

Ia mengerutkan kening, hendak menidakkan dan bertanya pada waktu yang sama, sedangkan si pelayan kedai kopi selanjutnya berkata, "Anda akan dipanggil sebagai saksi."

"Saksi apa?"

"Kejahatan yang terjadi di statiun ini sebentar tadi, beberapa kaki dari tempat anda duduk!"

"Kejahatan?"

"Mengapa Anda ini? Suatu pembunuhan yang dilakukan kepada seorang juru rawat muda."

"Juru rawat?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun