Tapi mengapa setelah kau datang dalam hidupku, aku tak baik-baik saja menerima kepergianmu.
Gadis itu masih melangkah pelan, perlahan matanya mulai berkaca-kaca sebelum pada akhirnya ia tak kuasa menahan air matanya.
Siapa kau sebenarnya? Hingga berani-beraninya membuat aku begini.
Bagaimana mungkin aku terus menangisi kepergianmu, sementara kau bukan siapa-siapa bagiku.
Gadis itu mulai tak kuasa menahan emosinya, iapun menghentikan langkahnya dan perlahan terduduk dengan posisi jongkok dengan muka ditekuk diantara kedua dengkulnya. Sambil menangis tersedu-sedu ia masih memaksakan hatinya.
Apa hebatnya dirimu hah?Â
Bahkan es krim yang kau belikan untukku tak sebanding dengan yang dibelikan ayahku.
Apalagi cinta katamu itu, tak ada apa-apanya jika dibandingkan Ibuku.
Gadis itu mengusap air mata dengan lengan panjang bajunya. Ia mencoba mengendalikan diri menahan tangisnya yang hampir memecah kedamaian hari.
Kenapa kau bodoh sekali?
Apa kau pikir aku ini bisa membaca hati orang lain?