Malam itu aku merasakan badanku meriang. Panas dingin. Tanpa sadar aku merintih.
Mendengar rintihanku, Erni yang terlelap di sampingku terbangun.
"Ya, Allah, Ros! Kamu demam!" Erni tergopoh memegang dahiku.
"Er, aku ingin minum...."
Erni bergegas bangun dan mengambil segelas air putih. Lalu ia membantuku duduk.
"Ros, kita ke dokter, ya..." Erni membisikiku. Aku menggeleng.
"Ros, badanmu panas sekali. Aku telpon taksi ya...." Erni meraih ponselnya.
"Er..." aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi tubuhku tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri.
****
Bau obat-obatan menyengat hidung. Aku berusaha membuka mata yang terasa berat. Samar-samar kulihat wajah Erni berurai air mata.
"Rosmawati, kamu harus sembuh...."