Keistimewaan dari Panopticon adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi Pengawasan: Panopticon dirancang untuk menciptakan pengawasan yang efisien dengan menggunakan jumlah sumber daya yang minimal. Dengan satu menara pengawas sentral dan sel-sel tahanan yang mengelilinginya, pengawas dapat memantau banyak tahanan secara bersamaan. Hal ini memungkinkan penggunaan personel dan waktu yang lebih efisien dibandingkan dengan pengawasan langsung individu per individu.
2. Disiplin yang Diperoleh: Konsep Panopticon menciptakan rasa waspada dan kecemasan konstan pada tahanan, karena mereka tidak tahu kapan atau apakah mereka sedang diamati. Rasa terawasi yang berkelanjutan ini berdampak pada disiplin yang diperoleh secara internal. Tahanan cenderung mematuhi aturan dan norma yang ditetapkan oleh pengawas, bahkan tanpa adanya pengawasan langsung. Ini menghasilkan sistem kontrol yang efektif dengan mengandalkan pengawasan internal yang diperoleh melalui pemantauan diri.
3. Fleksibilitas dan Skalabilitas: Desain Panopticon memiliki fleksibilitas dan skalabilitas yang tinggi. Konsep ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks dan ukuran, mulai dari penjara kecil hingga institusi besar atau bahkan seluruh masyarakat. Ini membuatnya menjadi model yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengawasan di berbagai lingkungan.
4. Potensi Pencegahan dan Pengendalian: Keberadaan Panopticon dapat memiliki efek pencegahan dan pengendalian terhadap perilaku yang melanggar aturan. Para tahanan yang menyadari adanya pengawasan yang konstan mungkin akan mengurangi risiko melanggar aturan, karena mereka merasa terus-menerus terawasi dan ada konsekuensi yang mungkin dihadapi. Ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih terkontrol dan aman.
5. Simbolisasi Kekuasaan: Panopticon juga memiliki keistimewaan dalam simbolisasi kekuasaan. Dengan menara pengawas yang mencolok dan tampak mengendalikan seluruh lingkungan, konsep ini mengkomunikasikan kekuasaan dan kendali pengawas terhadap tahanan. Hal ini dapat berdampak pada penciptaan hierarki dan ketidaksetaraan yang dipersepsikan dalam struktur sosial.
Namun, penting untuk mencatat bahwa meskipun Panopticon memiliki keistimewaan-keistimewaan ini, konsep ini juga menuai kritik terkait dengan privasi, hak asasi individu, dan potensi penyalahgunaan kekuasaan. Penggunaan Panopticon dan implikasi etisnya perlu diperhatikan dengan cermat dalam konteks penerapannya.
K. bagaimana untuk mengukur utilitas?
Mengukur utilitas dalam praktiknya dapat menjadi tantangan karena kebahagiaan dan kesejahteraan adalah konsep yang subjektif. Namun, beberapa pendekatan telah diajukan untuk mencoba mengukur utilitas dalam konteks utilitarianisme. Berikut ini adalah beberapa metode yang sering digunakan:
1. Pendekatan Hedonik: Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa utilitas dapat diukur berdasarkan tingkat kepuasan atau kebahagiaan yang dirasakan oleh individu. Metode ini mengharuskan penilaian subjektif individu terhadap kebahagiaan mereka, misalnya dengan menggunakan skala angka atau pertanyaan terstruktur dalam survei.
2. Pendekatan Preferensial: Pendekatan ini berfokus pada preferensi atau pilihan individu sebagai indikator utilitas. Metode ini mengukur utilitas berdasarkan apa yang dipilih atau diinginkan oleh individu. Contohnya adalah melalui penggunaan eksperimen pilihan atau studi perilaku konsumen.