Ketidakpastian ini menciptakan perasaan konstan bahwa seseorang dapat selalu terlihat atau diamati, meskipun individu tersebut tidak tahu secara pasti. Akibatnya, individu cenderung mengatur perilaku mereka sendiri untuk sesuai dengan norma-norma yang diinginkan oleh pihak pengamat atau penguasa.
Dalam konteks penjara, panopticon menciptakan situasi di mana narapidana merasa terus-menerus terawasi, bahkan jika mereka sebenarnya tidak diamati saat itu. Hal ini mendorong narapidana untuk menjaga perilaku mereka sendiri, karena mereka tidak tahu kapan mereka mungkin terlihat dan diperhatikan oleh penjaga atau pengamat pusat.
Konsep inti dari panopticon, oleh karena itu, adalah menggambarkan kekuatan dan kontrol yang dapat dicapai melalui pengawasan yang tidak henti-hentinya, mempengaruhi individu untuk menginternalisasi norma-norma dan mengatur perilaku mereka sendiri. Ini merupakan mekanisme pengendalian sosial yang kuat, di mana individu menjadi agen dari kendali mereka sendiri melalui efek psikologis dari pengawasan potensial yang terus-menerus.
Bentham mengklaim bahwa panopticon adalah solusi yang efisien untuk mengatur institusi-institusi seperti penjara, rumah sakit jiwa, sekolah, pabrik, atau bahkan komunitas utopis. Ia berpendapat bahwa melalui desain ini, pengawasan yang efektif dapat dilakukan dengan sedikit tenaga pengawas.
Pada dasarnya, konsep Panopticon didasarkan pada ide adanya satu menara pengawas sentral yang dikelilingi oleh sel-sel tahanan atau ruang-ruang pengamat. Menara pengawas ini memiliki jendela yang dapat melihat ke dalam semua sel, sedangkan tahanan di dalam sel tidak dapat melihat apakah mereka sedang diamati atau tidak.
Desain ini memiliki tujuan untuk menciptakan disiplin dan kendali yang efektif dengan sedikit usaha nyata dari pengawas. Melalui konsep Panopticon, pengawas memegang kekuasaan dan kendali yang besar atas tahanan tanpa perlu melakukan pengawasan fisik yang konstan. Dalam kata lain, pengawas memiliki "mata yang melihat segalanya", sementara tahanan hidup dalam ketidakpastian dan rasa terawasi yang konstan.
B. apa itu pemikiran utilitas?
Prinsip utilitas adalah konsep etika yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham, seorang filsuf utilitarianisme pada abad ke-18. Prinsip ini mengemukakan bahwa tindakan yang benar atau salah dapat ditentukan berdasarkan konsekuensi atau akibat yang dihasilkan oleh tindakan tersebut.
Menurut prinsip utilitas, tindakan yang dianggap baik atau benar adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan, kesejahteraan, atau keuntungan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dalam konteks utilitarianisme, kebahagiaan atau kesejahteraan ini sering disebut sebagai utilitas.
C. apa itu utilitarianisme?