Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Penjual Jamu yang Masuk di Sekolah Elite

12 November 2018   02:01 Diperbarui: 12 November 2018   03:57 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ah ibu selalu bisa membaca pikirannya. Rara hanya mengangguk sambil tersenyum kecut. 

"Rara,  setiap manusia itu kedudukannya sama di hadapan Tuhan.  Yang membedakan hanya tingkat ketaqwaannya saja.  Rara tidak perlu malu karena hanya berasal dari keluarga penjual jamu. Rara harus tetap rajin belajar dan rajin sholatnya. Ibu yakin Rara bisa sama hebatnya dengan teman-teman Rara"

"Hebat? "

"Iya Rara,  ketika kamu diterima di sekolah ini,  peluang untuk masuk perguruan tinggi negeri akan terbuka lebar.  Kamu mau kan masuk SMA komplek,  lalu kuliah"

"Iya Bu.  Rara mau menjadi dokter atau enjineer"

Ibu Rara memegang bahu anaknya,  "Jadilah anak yang hebat sayang.  Ibu yakin kamu pasti bisa"

Dan di hari pertama sekolah di sana,  nyali Rara menciut. Namun ternyata semua yang dibayangkan Rara tidak ada satupun yang terjadi.  Anak-anak orang kaya tersebut malah lebih ramah dan sopan.  Rara pun memiliki banyak teman.  

Di semester pertama Rara mendapatkan peringkat kedua di kelas.  Itu adalah prestasi yang sangat membanggakan. Mengingat dirinya sejak TK hingga SD selalu bersekolah di kampung. 

===

Setiap berangkat sekolah dan pulang sekolah Rara selalu dijemput Bapaknya menggunakan sepeda lawas berwarna merah. Rara tidak lagi malu pada teman-temannya.  Bahkan kebanyakan orangtua teman-temannya malah mengajak Bapaknya kenalan.  Mereka takjub dengan kehidupan sederhana Rara dan keluarganya.

Suatu hari... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun