Rara mengagumi bangunan megah sekolah barunya. Â Baru kali ini dirinya melihat sekolah seluas dan seindah itu. Â Berasal dari sekolah dasar yang berada di kampungan, Â membuat Rara mencolok sekali. Tatapannya, Â sikapnya, Â berbeda dengan kebanyakan teman yang ditemuinya.Â
"Nanti dianter Bapak ya" kata ibu Rara.Â
"Memangnya ibu tidak mau mengantar? "
"Mau naik apa? Â Kalau diantar Bapak kan bisa naik sepeda. Â Nah kalau sama Ibu mesti naik angkutan umum."
Rara membayangkan dirinya diantar Bapaknya menggunakan sepeda lawas yang berwarna merah. Â Jelas itu akan sangat mencolok ditengah teman-temannya yang kebanyakan diantar menggunakan mobil.Â
Namun Rara tidak ada pilihan lain. Â Lagipula ibu harus meramu sinom untuk jualan jamu Bapaknya nanti sore.Â
"Sekarang saja Bu nganternya"
"Tapi kamu belum sarapan Nduk"
"Nggak apa-apa Bu"
Wanita yang berusia tiga puluh lima tahun tersebut menatap mata anaknya.Â
"Jujur sama Ibu, Â kamu malu kan kalau diantar Bapak naik sepeda ontel"