Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gurat Senja Merah (Bagian 25)

5 April 2016   07:33 Diperbarui: 5 April 2016   08:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Maryam kemudian pergi ke belakang. Tidak lama kemudian kembali lagi sambil membawa sepiring makanan dan segelas air putih untuk Amir. Anak laki-laki itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke belakang untuk mencuci tangannya, setelah itu kembali untuk menyantap makanan yang telah disediakan oleh Maryam.

            Terdengar suara mobil diantara suara hujan dan petir. Bagas dan Maryam langsung menuju kedepan, sedangkan Amir masih menyelesaikan makannya. “Amir disini dulu ya,” kata Maryam sebelum beranjak pergi.  Khaerani pun keluar dari kamar Kharisma.

            Di pintu depan, Bimo masuk bersama bidan Annah. Bidan berusia empat puluh tahun tersebut langsung menanyakan keadaan Kharisma. Khaerani langsung menjelaskan semuanya. Setelah membersihkan diri dan mengambil perlengkapannya yang dibawakan oleh Bimo, bidan Annah langsung masuk kedalam kamar Kharisma.           

Beberapa menit kemudian terdengar suara sepeda motor yang masuk ke teras depan rumah. “Itu pasti Mas Pram!” kata Maryam sambil berlari ke pintu. Dugaan Maryam benar, Pram muncul dipintu dengan masih menggunakan jas hujan yang basah.

“Bagaimana Risma, Mar?” kata Pram sambil melepaskan jas hujannya dan melemparkannya keatas balai-balai.

“Mbak Risma baik, masih kontraksi. Bu Bidan Annah sudah datang, sekarang sudah di dalam kamar.” Pram masuk diikuti oleh Maryam.

            “Bapaaaak!” Amir berlari kearah Pram dan langsung memeluknya.

            “Amir disini dulu ya, bapak mau lihat ibu di kamar,” kata Pram sambil mengusap rambut anak laki-lakinya. Amir pun mengangguk. Pram terkejut ketika melihat Bagas dan Bimo ada dirumahnya. “Kalian disini?” sapanya.

 “Iya Mas,” jawab Bagas dan Bimo hampir bersamaan. Pram tidak menanyakan apa-apa lagi, yang ada dipikirannya hanya ada istrinya. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian yang kering langsung masuk ke kamar untuk melihat dan menemani istrinya.

            Amir, Bagas dan Bimo sudah kembali ke ruang tengah sedangkan Maryam  membereskan pekerjaan jahitannya yang sebelumnya ditinggal begitu saja.

            “Jadi, begini rasanya dan suasananya ketika seorang ibu dan istri akan melahirkan?” Bagas menghela nafas sambil duduk disamping Bimo yang sedang meneguk teh hangat yang disediakan oleh Maryam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun