“Masa sih?” Amir nampak tertarik.
“Iya. Dulu, waktu kecil, kami pernah main bola bersama. Mbak Ambar, kakak Mas Bagas itu bisa mencetak lima gol dalam satu kali permainan, sedangkan Mas Bagas Cuma bisa mencetak dua gol.”
“Beneran Mas?”
“Iya bener!”
Maryam datang sambil membawa nampan berisi teh hangat dan makanan kecil, yang kemudian langsung mempersilakan Bagas untuk meminumnya.
“Oh iya, terima kasih Mbak Maryam.”
“Panggil saja Maryam, jangan pakai Mbak. Saya kan jauh lebih muda dari Mas ini,” kata Maryam sambil tersenyum.
Terdengar lagi suara erangan Kharisma dari dalam kamar.
“Mbak Maryam, ibu tidak apa-apa kan?” tanya Amir dengan wajah sedih.
“Ibu tidak apa-apa. Amir tenang saja disini. Oh iya, Amir makan ya, biar nanti Mbak Maryam ambilkan?” Amir mengangguk. Maryam menawarkan makan juga kepada Bagas tetapi ditolaknya dengan halus.
“Terima kasih Mbak...eh Maryam. Biar Amir saja yang makan.”