“Pakai ajian apa si sableng! Sekali ngomong, Amir langsung menurut!” pikir Bimo.
Mobil pun kembali melaju, menuju rumah Amir.
***
“Akhirnya sampai ke rumah kamu juga, Mir!” kata Bagas sambil menghentikan mobilnya di pinggir jalan, depan halaman rumah Amir, juga depan rumah Khaerani. Belum sempat turun dari mobil, mereka melihat Maryam yang berlari dari rumah Khaerani ke rumah Amir yang diikuti oleh Khaerani dan Mak Lela.
“Ada apa ya, kenapa mereka berlari kerumah kamu, Mir?” kata Bimo.
“Amir juga tiak tahu, Mas.” Wajah Amir terlihat bingung dan langsung meminta untuk segera turun dari mobil.
“Pasti ada sesuatu!” Bagas segera membuka mobil dan langsung berlari kerumah Amir, diikuti oleh Amir dan Bimo. Suara petir terdengar, kemudian turun hujan dengan derasnya.
“Ada apa ini?” tanya Bagas ketika sampai di rumah Amir, dilihatnya Khaerani, Mak Lela dan Maryam yang sedang mengelilingi Kharisma yang sedang duduk di kursi panjang sambil mengerang kesakitan memegang perutnya yang besar.
“Ibu!” teriak Amir, yang berlangsung kearah ibunya dengan wajah tegang.
“A-Amir!” kata Kharisma ketika melihat Amir yang berlari kearahnya dan langsung memegang tangannya dengan erat.
Khaerani terkejut ketika melihat Bagas dan Bimo yang datang bersama Amir.