Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gurat Senja Merah (Bagian 25)

5 April 2016   07:33 Diperbarui: 5 April 2016   08:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            “Bahkan orang tua Mas Bimo itu sayaaaaang banget sama Mas Bimo. Apalagi Mas Bimo itu anak yang sangat penurut kepada orang tua.” Bagas tersenyum, sedangkan Bimo menatap tajam kearahnya. “Betulkan Mas Bimo?” Bimo mengangguk sambil tersenyum setengah dipaksa dan tetap menatap tajam sepupunya, dari sudut matanya melihat kearah Khaerani yang nampak terdiam.

            “Apa betul begitu, Mas Bimo?” tanya Amir. Bimo mengangguk sambil tersenyum.

            “Kamu juga bisa melihat sendiri, Mir. Simbah kakung masih sayang sama bapak Amir kan, walaupun ada Bu Lek Rani?” Bagas berkata sambil memegang pundak Khaerani yang membuat Bimo kembali menatap tajam kearahnya, sedangkan Khaerani sendiri nampak tidak menyadarinya karena terfokus kepada Amir.

“Jadi, tidak ada yang perlu Amir takutkan. Selain bapak dan ibu, Bu Lek, simbah, Mak Lela dan Mbak Maryam juga sayang sama Amir,” kata Khaerani sambil melihat kemenakannya yang nampak sudah tidak sedih lagi.

“Iya Bu Lek.”

“Mas Bagas dan Mas Bimo juga sayang sama Amir,’’ timpal Bagas.

“Apa benar begitu, Bu Lek?” Amir meminta pendapat dari Bu Lek-nya.

Khaerani mengangguk sambil tersenyum. “Semua orang pasti sayang sama anak pintar dan rajin seperti Amir.”

Suara petir pecah di langit bersamaan dengan itu terdengar teriakan panjang Kharisma dari dalam kamar. Bagas dan Bimo melihat kearah pintu kamar, sedangkan Khaerani memeluk erat Amir. Orang-orang yang berada diruang tengah tersebut membisu, berkelut dengan alam pikirannya masing-masing, wajah mereka nampak tegang. Suara petir terdengar kembali diantara derasnya hujan, terdengar pula suara teriakan Kharisma yang lebih keras dan panjang, juga terdengar suara dari bidan Annah. “Terus...terus....sedikit lagi...sedikit lagi...” setelah itu terdengar tangisan bayi. Ucapan syukur terdengar dari dalam kamar. Begitu juga di ruang tengah, ucapan rasa syukur keluar dari mulut Khaerani, Bagas dan Bimo juga helaan nafas kelegaan.  

***

Kharisma melahirkan bayi perempuan yang cantik, lucu dan sehat dengan selamat. Semua orang yang berada dalam rumah merasa lega dan bahagia. Bidan Annah pun tidak kalah lega dan bahagianya, karena dapat menolong pasien yang melahirkan dengan lancar dan selamat untuk kesekian kalinya. Bidan itu kemudian duduk beristirahat di ruang tengah setelah selesai menangani proses persalinan Kharisma sambil meneguk teh hangat yang telah disediakan oleh Maryam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun