“Kalau memungkinkan, kita bawa ke tempat bidan Annah. Tapi aku sekarang mencoba menghubunginya dulu. Lagipula hujan di luar sudah mulai turun dengan deras. Sementara, kita persiapkan segala sesuatunya dulu untuk persalinan di rumah!”
“Kalau tidak, kita susul saja bidannya!” kata Bagas.
“Iya, biar cepat. Aku akan menyusul bidan itu, dan kamu menghubunginya!” kata Bimo sambil bangkit dari duduknya dan meminta kunci mobil kepada Bagas. “Dimana rumah bidan itu, Ran?” tanya Bimo.
Khaerani kemudian memberikan alamat rumah bidan Annah kepada Bimo. “Depan rumah Pak Haji Yusuf, guru ngaji kita dulu, Bim.”
“Yah, aku tahu!” Bimo bermaksud untuk pergi tapi dicegah oleh Khaerani.
“Bimo, tunggu dulu!” Khaerani berlari ke sebuah meja disudut ruangan, mengambil sebuah payung besar dan menyerahkannya kepada Bimo. “Pakai ini.”
“Terima kasih!” jawab Bimo sambil tersenyum, kemudian langsung pergi keluar. Bagas nampak memperhatikan Khaerani dan sepupunya tersebut.
Setelah tempat tidur dibereskan dan dibersihkan, Kharisma dipindahkan kedalam kamar. Maryam sudah berhasil menghubungi Pram dan Khaerani sudah berhasil menghubungi bidan Annah.
“Iya Bu, sedang kami persiapkan semuanya. Oh iya Bu Bidan, nanti ada orang yang menjemput ibu. Iya Bu, terima kasih.”
“Ada lagi yang bisa aku bantu?” tanya Bagas setelah menolong memindahkan Kharisma ke dalam kamar.
“Bisa tolong temani Amir, dia belum ganti pakaian dan makan siang. Nanti aku suruh Maryam yang menyiapkan makananya. Aku sendiri harus bantu Mak Lela menyiapkan untuk persalinan Mbak Risma.”