"Tapi...."
"Mungkin Nona sudah tahu kisah kuil ini dari penduduk kampung. Ya, kuil ini memang banyak menimbulkan fenomena...."
"Jadi hantu prajurit itu...?"
Lelaki tua itu tersenyum samar, menyembulkan serabut kerut di sekujur wajahnya sebagai replika saputan zaman. Giginya yang menghitam mempertegas fenomena yang tidak dapat dibantah tersebut.
"Kuil ini merupakan salah satu fitur, gambaran nyata kebudayaan manusia yang tercabik-cabik oleh egosentrisme. Dan kalaupun rumor tak galib itu tersiar luas, maka saya tidak dapat membantahnya sebagai kabar angin semata!"
"Ja-jadi... maksud Kakek, di kuil ini memang banyak hantu prajurit Dinasti Qing?!"
Lelaki tua itu memejam. Dihirupnya dalam-dalam udara pantai yang bercampur dengan asap dupa dari meja persembahyangan. Tak ada tanggapan atas keterkejutan gadis remaja di hadapannya.
"Be-berarti arwah-arwah mereka penasaran ya, Kek?!"
"Sudahlah, Nona! Jangan usik fenomena aneh yang terjadi di kuil ini! Semua itu masih misteri...."
Lelaki tua itu berlalu tanpa pamit. Meninggalkan Fanny yang berdiri terpaku dengan beragam persepsi. Kuil Hantu ini masih menyimpan banyak misteri.
Tiba-tiba Wong Pao Ling sudah berdiri di belakang Fanny. "Kak Fang, kok melamun sih?"